Peristiwa politik di negara Amerika Latin sungguh mengerikan dan tak boleh terulang di negara lain manapun. Seorang calon presiden (capres) ditembak mati saat berkampanye.
Capres nahas itu adalah Fernando Villavicencio di Ekuador. Dia ditembak saat berkampanye di Ibu Kota Ekuador, Quito, Rabu (9/8) waktu setempat. Rekaman peristiwa politik yang tragis ini tersiar lewat media sosial dan viral.
Dilansir Reuters, Kamis (10/8/2023), Fernando Villavicencio merupakan mantan anggota parlemen. Menurut survei, dukungan Villavicencio mencapai 7,5 persen.
Sosok kritis terhadap kekuasaan
Hal itu membuat Villavicencio berada di peringkat kelima dari delapan kandidat presiden. Untuk diketahui, Pemilu Ekuador akan digelar 20 Agustus mendatang.
Villavicencio adalah mantan anggota serikat pekerja di perusahaan minyak negara Petroecuador. Dia berasal dari provinsi Chimborazo di Andes. Villavicencio pernah menjadi seorang jurnalis. Dia juga pernah mengecam dugaan kerugian kontrak minyak jutaan dolar.
Villavicencio, pada Selasa (8/8), membuat laporan ke Kantor Jaksa Agung Ekuador mengenai bisnis minyak. Namun laporannya tak diurai secara detail ke publik.
Villavicencio adalah pengkritik vokal mantan Presiden Rafael Correa. Dia pernah dijatuhi hukuman 18 bulan penjara karena pencemaran nama baik atas pernyataan yang dibuat terhadap Rafael Correa.
Akibat tersandung kasus hukum itu, Villavicencio melarikan diri ke wilayah pribumi di Ekuador. Dia lalu mendapat suaka di Peru.
Sebagai seorang legislator, Villavicencio dikritik oleh politisi oposisi karena menghalangi proses pemakzulan tahun ini terhadap Lasso, yang menyebabkan Lasso menyerukan pemilihan awal.
Selanjutnya, peristiwa penembakan:
(dnu/dnu)