Prancis Memanas Buntut Remaja Mati Nahas di Tangan Polisi

Prancis Memanas Buntut Remaja Mati Nahas di Tangan Polisi

Firda Cynthia Anggrainy, Yulida Medistiara - detikNews
Jumat, 30 Jun 2023 07:04 WIB
Firefighters and french police operate during clashes between protesters and police, after the death of Nahel, a 17-year-old teenager killed by a French police officer during a traffic stop, in Nanterre, Paris suburb, France, June 28, 2023. REUTERS/Stephanie Lecocq
Demo kasus remaja ditembak mati polisi Prancis berakhir ricuh. (Foto: REUTERS/STEPHANIE LECOCQ)


Macron Panggil Menteri

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pertemuan dadakan atau crisis meeting dengan beberapa menterinya setelah malam kerusuhan buntut polisi menembak mati remaja. Macron mengatakan bentrokan, pembakaran mobil dan penyerangan terhadap kantor polisi dengan kembang api "tidak dapat dibenarkan".

"Beberapa jam terakhir telah ditandai dengan adegan kekerasan terhadap kantor polisi, tetapi juga sekolah dan balai kota melawan institusi dan Republik," kata Macron pada pertemuan para menteri di Kementerian Dalam Negeri, dilansir AFP, Kamis (29/6/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui Pasukan Keamanan Prancis telah menangkap 150 orang pada malam kedua kekerasan buntut remaja yang ditembak mati oleh polisi. Menteri dalam negeri Prancis menyebut kerusuhan itu tidak dapat ditoleransi.

"Malam kekerasan yang tidak dapat ditoleransi terhadap simbol-simbol republik, balai kota, sekolah, dan kantor polisi dibakar atau diserang," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin di Twitter seperti dilansir AFP, Kamis (29/6/2023).

ADVERTISEMENT

Pernyataan tersebut disampaikan Gerald Darmanin saat dia mengumumkan soal penangkapan terkait kerusuhan tersebut. Dia juga menyatakan dukungannya kepada kepolisian setempat.

"Malu kepada mereka yang tidak menyerukan ketenangan," ujar dia.


Macron Ingatkan Rasa Hormat

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pertemuan dadakan atau crisis meeting dengan beberapa menterinya setelah malam kerusuhan buntut polisi menembak mati remaja. Macron mendesak adanya ketenangan setelah 150 orang ditangkap dan gedung-gedung publik diserang dalam protes atas pembunuhan seorang remaja oleh polisi yang telah membuat marah warga Prancis.

Dilansir AFP, Kamis (19/6/20230) seorang remaja, Nahel M. (17) ditembak di dada dari jarak dekat di Nanterre, pinggiran Paris pada hari Selasa. Insiden itu memicu perdebatan di Prancis tentang taktik polisi.

Mobil dan tempat sampah dibakar di beberapa bagian Paris dan seluruh negeri dalam semalam. Massa pengunjuk rasa meluncurkan kembang api ke arah polisi anti huru hara, yang menembakkan proyektil flashball. Sebuah trem dibakar di pinggiran kota Paris.

"Kami muak diperlakukan seperti ini. Ini untuk Nahel, kami Nahel," kata dua pemuda yang menyebut diri mereka "Avengers" saat mereka mendorong tong sampah dari perkebunan terdekat ke barikade yang terbakar di ibu kota.

Macron menyebut bentrokan semalam "tidak dapat dibenarkan". Macron mengatakan pada pertemuan krisis para menteri bahwa jam-jam mendatang dan pawai sore untuk mengenang Nahel di Nanterre harus ditandai dengan "kontemplasi dan rasa hormat".

"Beberapa jam terakhir ditandai dengan adegan kekerasan terhadap kantor polisi, tetapi juga sekolah dan balai kota... melawan institusi dan Republik," kata Macron.

Kerusuhan itu sangat meresahkan Macron yang telah berusaha melewati setengah tahun protes yang kadang-kadang disertai kekerasan atas reformasi pensiunnya yang kontroversial.

Remaja itu terbunuh saat dia menjauh dari polisi yang mencoba menghentikannya karena pelanggaran lalu lintas.


(yld/yld)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads