Prancis Memanas Buntut Remaja Mati Nahas di Tangan Polisi

Prancis Memanas Buntut Remaja Mati Nahas di Tangan Polisi

Firda Cynthia Anggrainy, Yulida Medistiara - detikNews
Jumat, 30 Jun 2023 07:04 WIB
Firefighters and french police operate during clashes between protesters and police, after the death of Nahel, a 17-year-old teenager killed by a French police officer during a traffic stop, in Nanterre, Paris suburb, France, June 28, 2023. REUTERS/Stephanie Lecocq
Demo kasus remaja ditembak mati polisi Prancis berakhir ricuh. (Foto: REUTERS/STEPHANIE LECOCQ)
Jakarta -

Polisi Prancis menembak mati seorang remaja berusia 17 tahun lantaran melanggar peraturan lalu lintas dan tidak mau diberhentikan polisi. Akibat insiden itu, Prancis memanas hingga ada ratusan warga ditangkap.

Dirangkum detikcom, Kamis (29/6/2023), insiden itu terjadi di pinggiran Kota Paris, Nanterre, pada Selasa (27/6) pagi. Peristiwa bermula saat polisi menghentikan remaja tersebut karena melanggar beberapa peraturan lalu lintas.

Sebuah video yang beredar di media sosial, yang diautentikasi oleh AFP, menunjukkan dua petugas polisi mencoba menghentikan kendaraan. Salah satu polisi tampak menodongkan senjatanya ke pengemudi melalui jendela dan menembak dari jarak dekat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mobil korban kemudian terlihat bergerak beberapa puluh meter sebelum menabrak.

Petugas layanan darurat mencoba menyadarkan remaja tersebut di tempat kejadian. Namun, dia meninggal tidak lama kemudian.

ADVERTISEMENT

Petugas yang dituduh menembak pengemudi pun telah ditahan atas tuduhan pembunuhan.

Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan kepada parlemen bahwa dua petugas polisi sedang diinterogasi. Dia mengakui bahwa gambar yang diposting di media sosial "sangat mengejutkan".

Darmanin juga mendesak orang-orang untuk "menghormati kesedihan keluarga dan praduga tidak bersalah dari polisi".

Kepala polisi Paris Laurent Nunez mengakui dalam sebuah wawancara dengan televisi BFM bahwa tindakan polisi tersebut "menimbulkan pertanyaan", meski dia mengatakan ada kemungkinan petugas tersebut merasa terancam.

Sementara, Wali Kota Nanterre Patrick Jarry mengaku "terkejut" dengan gambar-gambar video itu dan menyampaikan "belasungkawa yang tulus kepada ibu anak laki-laki itu".

"Dia berharap penyelidikan dibuka (...) akan memungkinkan untuk menjelaskan secepat mungkin keadaan sebenarnya dari tragedi ini," kata kantornya.

Pengacara keluarga Yassine Bouzrou mengatakan kepada saluran yang sama bahwa sementara semua pihak harus menunggu hasil penyelidikan, gambar-gambar itu "jelas menunjukkan seorang polisi membunuh seorang pemuda dengan darah dingin".

"Ini jauh dari segala jenis pembelaan yang sah," katanya, menambahkan bahwa keluarga tersebut telah mengajukan pengaduan yang menuduh polisi "berbohong" dengan awalnya mengklaim mobil tersebut mencoba menabrak petugas.

Pada Selasa malam, pengunjuk rasa di Nanterre menyalakan api, membakar mobil, dan menghancurkan halte bus saat ketegangan meningkat antara polisi dan penduduk setempat. Sembilan orang ditangkap dalam konfrontasi tersebut.

Pada tahun 2022, rekor 13 kematian dicatat setelah penolakan berhenti untuk kontrol lalu lintas. Lima petugas polisi telah didakwa dalam kasus ini.

Pihak berwenang dan serikat polisi menyalahkan angka tahun 2022 atas perilaku mengemudi yang lebih berbahaya, tetapi para peneliti juga menunjuk pada undang-undang tahun 2017 yang mengubah ketentuan penggunaan senjata oleh polisi.

Dua minggu lalu, seorang anak berusia 19 tahun dibunuh oleh seorang petugas polisi yang dia lukai di kaki dengan mobilnya di kota barat Angouleme.

Baca halaman selanjutnya.

Tonton juga Video: Macron Bicara soal Demo Ricuh di Prancis Akibat Polisi Tembak Mati ABG

[Gambas:Video 20detik]



Massa Marah, Prancis Rusuh Usai Polisi Tembak Mati Remaja 17 Tahun

Kerusuhan terjadi di Prancis pada malam kedua berturut-turut ketika pengunjuk rasa berpakaian Balaclava membakar sampah dan menembakkan kembang api. Massa terlibat bentrokan dengan pasukan keamanan dalam demonstrasi atas penembakan fatal seorang polisi terhadap remaja.

Dilansir AFP, Kamis (29/6/2023), diketahui seorang remaja bernama Nahel M. (17) ditembak di dada dari jarak dekat pada Selasa pagi dalam sebuah insiden yang memicu kembali perdebatan di Prancis tentang taktik polisi yang telah lama dikritik oleh kelompok hak asasi atas perlakuan terhadap orang-orang pinggiran kota berpenghasilan rendah, terutama etnis minoritas.

Selanjutnya, ibu remaja tersebut menyerukan dalam pawai pada hari Kamis untuk menghormati anak satu-satunya.

Sebelumnya pada Rabu (28/6) malam, terjadi bentrokan yang menyebar dari lingkungan di sekitar ibu kota ke kota-kota Prancis lainnya, termasuk Toulouse, Dijon dan Lyon.

Sekitar 2.000 polisi anti huru hara dikerahkan ke Paris dan pinggiran sekitarnya, polisi melaporkan 35 orang ditangkap per pukul 02:00 (00.00 GMT) Kamis (29/6/2023).

Sementara itu, di wilayah Hauts-de-Seine barat Paris, tempat penembakan itu terjadi, bentrokan malam kedua berturut-turut terjadi ketika para demonstran bertopeng berpakaian hitam meluncurkan kembang api dan petasan ke pasukan keamanan.

Asap tebal mengepul di atas area tepat di mana wartawan AFP melihat lebih dari selusin mobil dan tong sampah dibakar dan penghalang menghalangi jalan.

Grafiti yang disemprotkan di dinding salah satu gedung menyerukan "keadilan untuk Nahel" dan mengatakan "bunuh polisi".

Di distrik kelas pekerja 18 dan 19 di timur laut Paris, polisi menembakkan bola lampu untuk membubarkan pengunjuk rasa yang membakar sampah, tetapi bukannya pergi, massa menanggapi dengan melempar botol.

"Kami muak diperlakukan seperti ini. Ini untuk Nahel, kami Nahel," kata dua pemuda yang menyebut diri mereka "Avengers" saat mereka mendorong tempat sampah dari perkebunan terdekat untuk menambah barikade yang terbakar.


Prancis Tangkap 150 Orang

Pasukan Keamanan Prancis menangkap 150 orang pada malam kedua kekerasan buntut remaja yang ditembak mati oleh polisi. Menteri dalam negeri Prancis menyebut kerusuhan itu tidak dapat ditoleransi.

"Malam kekerasan yang tidak dapat ditoleransi terhadap simbol-simbol republik, balai kota, sekolah, dan kantor polisi dibakar atau diserang," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin di Twitter seperti dilansir AFP, Kamis (29/6/2023).

Pernyataan tersebut disampaikan Gerald Darmanin saat dia mengumumkan soal penangkapan terkait kerusuhan tersebut. Dia juga menyatakan dukungannya kepada kepolisian setempat.

"Malu kepada mereka yang tidak menyerukan ketenangan," ujar dia.

Baca halaman selanjutnya.


Macron Panggil Menteri

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pertemuan dadakan atau crisis meeting dengan beberapa menterinya setelah malam kerusuhan buntut polisi menembak mati remaja. Macron mengatakan bentrokan, pembakaran mobil dan penyerangan terhadap kantor polisi dengan kembang api "tidak dapat dibenarkan".

"Beberapa jam terakhir telah ditandai dengan adegan kekerasan terhadap kantor polisi, tetapi juga sekolah dan balai kota melawan institusi dan Republik," kata Macron pada pertemuan para menteri di Kementerian Dalam Negeri, dilansir AFP, Kamis (29/6/2023).

Diketahui Pasukan Keamanan Prancis telah menangkap 150 orang pada malam kedua kekerasan buntut remaja yang ditembak mati oleh polisi. Menteri dalam negeri Prancis menyebut kerusuhan itu tidak dapat ditoleransi.

"Malam kekerasan yang tidak dapat ditoleransi terhadap simbol-simbol republik, balai kota, sekolah, dan kantor polisi dibakar atau diserang," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin di Twitter seperti dilansir AFP, Kamis (29/6/2023).

Pernyataan tersebut disampaikan Gerald Darmanin saat dia mengumumkan soal penangkapan terkait kerusuhan tersebut. Dia juga menyatakan dukungannya kepada kepolisian setempat.

"Malu kepada mereka yang tidak menyerukan ketenangan," ujar dia.


Macron Ingatkan Rasa Hormat

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pertemuan dadakan atau crisis meeting dengan beberapa menterinya setelah malam kerusuhan buntut polisi menembak mati remaja. Macron mendesak adanya ketenangan setelah 150 orang ditangkap dan gedung-gedung publik diserang dalam protes atas pembunuhan seorang remaja oleh polisi yang telah membuat marah warga Prancis.

Dilansir AFP, Kamis (19/6/20230) seorang remaja, Nahel M. (17) ditembak di dada dari jarak dekat di Nanterre, pinggiran Paris pada hari Selasa. Insiden itu memicu perdebatan di Prancis tentang taktik polisi.

Mobil dan tempat sampah dibakar di beberapa bagian Paris dan seluruh negeri dalam semalam. Massa pengunjuk rasa meluncurkan kembang api ke arah polisi anti huru hara, yang menembakkan proyektil flashball. Sebuah trem dibakar di pinggiran kota Paris.

"Kami muak diperlakukan seperti ini. Ini untuk Nahel, kami Nahel," kata dua pemuda yang menyebut diri mereka "Avengers" saat mereka mendorong tong sampah dari perkebunan terdekat ke barikade yang terbakar di ibu kota.

Macron menyebut bentrokan semalam "tidak dapat dibenarkan". Macron mengatakan pada pertemuan krisis para menteri bahwa jam-jam mendatang dan pawai sore untuk mengenang Nahel di Nanterre harus ditandai dengan "kontemplasi dan rasa hormat".

"Beberapa jam terakhir ditandai dengan adegan kekerasan terhadap kantor polisi, tetapi juga sekolah dan balai kota... melawan institusi dan Republik," kata Macron.

Kerusuhan itu sangat meresahkan Macron yang telah berusaha melewati setengah tahun protes yang kadang-kadang disertai kekerasan atas reformasi pensiunnya yang kontroversial.

Remaja itu terbunuh saat dia menjauh dari polisi yang mencoba menghentikannya karena pelanggaran lalu lintas.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads