Jumlah korban tewas di kasus sekte sesat Kenya yang dikenal dengan 'Pembantaian Hutan Shakahola' meningkat menjadi 201 orang. Jumlah tersebut meningkat usai 22 mayat ditemukan lagi dalam Hutan Shakahola.
Dilansir AFP, Minggu (14/5/2023), polisi meyakini bahwa mayoritas mayat yang ditemukan di hutan dekat Kota Malindi di Samudra Hindia adalah pengikut Paul Nthenge Mackenzie, seorang sopir taksi yang beralih menjadi pengkhotbah yang dituduh menghasut mereka untuk mati kelaparan "untuk bertemu Yesus".
Komisaris Regional Pantai Rhoda Onyancha, yang mengumumkan angka terbaru, mengatakan 26 orang telah ditangkap atas kematian tersebut, termasuk Mackenzie dan "geng penegak" yang bertugas memastikan tidak ada yang berbuka puasa atau meninggalkan tempat persembunyian hutan hidup-hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Onyancha mengatakan para penyelidik akan menghentikan penggalian selama dua hari untuk mengatur ulang upaya mereka, dengan proses yang akan dilanjutkan pada hari Selasa (16/5) mendatang.
Onyancha mengatakan lebih dari 600 orang dilaporkan hilang, termasuk dari desa-desa di sekitar hutan.
Mackenzie belum diminta untuk mengajukan pembelaan tetapi pengadilan telah memerintahkan dia untuk ditahan selama tiga minggu lagi sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut.
Pendiri Gereja Good News International berusia 50 tahun itu sebelumnya menyerahkan diri pada 14 April setelah polisi menggerebek Hutan Shakahola.
Kelaparan tampaknya menjadi penyebab utama kematian. Menurut kepala ahli patologi pemerintah Johansen Oduor, beberapa korban -- termasuk anak-anak -- dicekik, dipukuli atau dicekik.
Dokumen pengadilan yang diajukan pada hari Senin lalu mengatakan beberapa mayat telah diambil organnya, dengan polisi menuduh para tersangka terlibat dalam pengambilan paksa bagian tubuh.
Tetapi Menteri Dalam Negeri Kithure Kindiki mendesak kehati-hatian, mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa "itu adalah teori yang sedang kami selidiki".
Simak juga Video: Janji Mendagri Kenya soal Tragedi Sekte Kelaparan: Tak Akan Terjadi Lagi