Dalih Sesat Sekte di Kenya, Mati Kelaparan Agar 'Bertemu Yesus'

Dalih Sesat Sekte di Kenya, Mati Kelaparan Agar 'Bertemu Yesus'

Marlinda Oktavia Erwanti - detikNews
Selasa, 25 Apr 2023 12:11 WIB
Forensic experts and homicide detectives carry the bodies of suspected members of a Christian cult named as Good News International Church, who believed they would go to heaven if they starved themselves to death, after their remains were exhumed from their graves in Shakahola forest of Kilifi county, Kenya, April 22, 2023. REUTERS/Stringer
Foto: 73 mayat pengikut sekte sesat di Kenya ditemukan di hutan (REUTERS/STRINGER)
Nairobi -

Sekte sesat di Kenya membuat geger usai 73 mayat pengikutnya ditemukan terkubur di sebuah hutan di Shakahola. Sekte itu mempraktikkan ajaran sesat bahwa kematian karena kelaparan bisa mengantarkan para pengikutnya untuk 'bertemu Yesus'.

Dilansir AFP, Selasa (25/4/2023), sekte sesat itu terbongkar usai dua anak mati kelaparan dalam pengawasan orang tua mereka. Kematian dua anak itu berujung dengan penangkapan Paul Mackenzie Nthenge, seorang sopir taksi yang menjadi pendeta. Kala itu, dia dibebaskan dengan jaminan 100.000 shilling Kenya ($ 700).

Penyelidikan terhadap Gereja Good News International yang dipimpin Nthenge pun dilakukan. Penyelidikan itu membawa polisi ke hutan dekat kota pesisir Malindi tempat Nthenge berkotbah, di mana mereka menemukan 15 orang yang kelaparan -- empat di antaranya meninggal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diyakini beberapa pemujanya masih bersembunyi di semak-semak di sekitar Shakahola. Sejak saat itu, sejumlah orang berhasil diselamatkan.

Di hutan itu juga, polisi menemukan kuburan massal. 73 mayat pengikut Nthenge ditemukan terkubur dalam lubang yang dangkal.

ADVERTISEMENT

"Kami memiliki 73 mayat dari hutan malam ini dan pencarian akan dilanjutkan besok," kata seorang petugas polisi yang terlibat dalam penyelidikan kepada AFP tanpa menyebut nama.

"Ini adalah keadaan yang sangat menyedihkan tentang bagaimana orang-orang ini meninggal dan dimakamkan di kuburan dangkal karena kami menemukan enam mayat terjepit di satu kuburan hari ini," katanya.

Pejabat polisi senior lainnya juga mengkonfirmasi jumlah korban tewas, dengan mengatakan: "Beberapa mayat berada di hutan dan bahkan belum dikuburkan."

Gereja Good News International

Menurut situs web gereja, Nthenge mendirikan sekte tersebut pada tahun 2003 dan mendirikan cabang di Nairobi dan sepanjang pantai Kenya yang menarik lebih dari 3.000 umat.

"Memelihara umat beriman secara holistik dalam semua hal spiritualitas Kristen saat kita mempersiapkan diri untuk kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali melalui pengajaran dan penginjilan," tulis situs web itu.

Nthenge juga meluncurkan saluran YouTube pada tahun 2017, memperingatkan pengikutnya terhadap praktik "setan" seperti memakai rambut palsu dan menggunakan uang seluler dalam video yang diposting ke platform media sosial.

Pada tahun 2017, Nthenge pernah ditangkap atas tuduhan "radikalisasi" setelah mendesak anak-anak untuk tidak bersekolah karena pendidikan tidak diakui oleh Alkitab.

Dua tahun kemudian, dia menutup gereja dan pindah ke kota sepi Shakahola, mengatakan kepada surat kabar The Nation dalam sebuah wawancara bulan lalu bahwa dia "mendapat wahyu bahwa waktu untuk berhenti telah tiba".

"Saya hanya berdoa dengan diri saya sendiri dan mereka yang memilih untuk percaya," katanya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Pembantaian Hutan Shakahola

Kasus ini pun dijuluki sebagai "Pembantaian Hutan Shakahola". Ada kekhawatiran beberapa anggota sekte mungkin bersembunyi dari pihak berwenang di sekitar hutan semak dan berisiko mati jika tidak segera ditemukan.

Hussein Khalid, seorang anggota kelompok hak asasi Haki Afrika yang memberi tahu polisi atas tindakan gereja tersebut, mengatakan salah satu dari mereka yang diselamatkan menolak untuk makan meskipun jelas-jelas mengalami tekanan fisik.

"Saat dia dibawa ke sini, dia benar-benar menolak untuk diberikan pertolongan pertama dan dia menutup mulutnya dengan tegas, pada dasarnya menolak untuk dibantu, ingin melanjutkan puasanya sampai dia meninggal," katanya kepada AFP.

Palang Merah Kenya mengatakan 212 orang telah dilaporkan hilang di Malindi, dua di antaranya telah dipertemukan kembali dengan keluarga mereka.

Kasus ini pun memantik pertanyaan tentang bagaimana sekte sesat itu dapat beroperasi tanpa terdeteksi meskipun Nthenge menarik perhatian polisi enam tahun sebelumnya.

"Kengerian yang terungkap yaitu kematian kultus Shakahola harus dan harus menjadi peringatan bagi bangsa, khususnya Badan Intelijen Nasional (NIS) dan program kepolisian komunitas kami," kata Amason Jeffah Kingi, juru bicara senat dalam sebuah pernyataan.

"Bagaimana kejahatan keji seperti itu, yang diorganisir dan dieksekusi dalam jangka waktu yang cukup lama, bisa lolos dari radar sistem intelijen kita?" tanyanya.

Nthenge ditangkap pada tahun 2017 atas tuduhan "radikalisasi" setelah mendesak keluarga untuk tidak menyekolahkan anak mereka, dengan mengatakan bahwa pendidikan tidak diakui oleh Alkitab.

Nthenge kini telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka. 14 orang lainnya juga ditahan atas kasus 'Pembantaian Hutan Shakahola'. Kasus ini akan disidangkan pada 2 Mei.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads