Negara-negara anggota aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan mitra-mitranya telah mengirimkan hampir seluruh pasokan kendaraan tempur yang dijanjikan untuk Ukraina, yang terus diinvasi oleh Rusia. NATO menyatakan bahwa sedikitnya 1.550 kendaraan lapis baja dan 230 tank telah diterima oleh Ukraina.
Seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (27/4/2023), informasi itu diumumkan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan dalam konferensi pers yang digelar di markas besar NATO di Brussels, Belgia, pada Kamis (27/4) waktu setempat.
Stoltenberg mengatakan bahwa pasokan kendaraan lapis baja dan tank tempur itu akan digunakan untuk membentuk unit-unit dalam membantu pasukan Ukraina merebut kembali wilayah-wilayahnya dari pendudukan pasukan Rusia, yang melancarkan invasi militer sejak Februari tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengiriman pasokan kendaraan tempur dari negara anggota dan mitra NATO itu dimulai sejak awal invasi Rusia ke Ukraina.
"Lebih dari 98 persen kendaraan tempur yang dijanjikan untuk Ukraina, telah dikirimkan," sebut Stoltenberg dalam pernyataannya.
"Itu berarti lebih dari 1.550 kendaraan lapis bajar, 230 tank dan peralatan-peralatan lainnya, termasuk sejumlah besar amunisi," tuturnya.
Lebih lanjut, Stoltenberg menyebut negara anggota dan mitra NATO juga telah melakukan pelatihan terhadap pasukan Ukraina yang akan melancarkan serangan balasan untuk merebut wilayah-wilayah yang diduduki pasukan Rusia.
"Secara total, kami telah melatih dan memperlengkapi lebih dari sembilan brigade lapis baja terbaru Ukraina. Ini akan menempatkan Ukraina pada posisi kuat untuk terus merebut kembali wilayah-wilayah yang diduduki," ucap Stoltenberg kepada wartawan setempat.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Zelensky Beberkan Isi Pembicaraannya dengan Xi Jinping':
Sebelumnya, pemerintah Rusia mengomentari percakapan telepon antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang merupakan pertama kalinya sejak Moskow menginvasi Kiev setahun lalu.
Dalam percakapan telepon pada Rabu (26/4) waktu setempat, Xi mengatakan kepada Zelensky bahwa China akan mengirimkan perwakilan khusus ke Ukraina dan akan menggelar pembicaraan dengan semua pihak demi mewujudkan perdamaian.
Seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam komentarnya fokus membahas soal upaya China meluncurkan proses perundingan soal konflik Rusia-Ukraina, di mana dia menilai Kiev kemungkinan tidak akan mengapresiasi upaya Beijing tersebut, sementara Moskow jelas mengapresiasinya.
"Kami telah mencatat kesediaan China untuk melakukan upaya-upaya dalam meluncurkan proses negosiasi. Kami bisa melihat bahwa pendekatan fundamental kami sejalan dengan kertas posisi yang dirilis Kementerian Luar Negeri China pada 24 Februari lalu," sebutnya.
"Sejauh ini, rezim Kiev menolak semua inisiatif yang masuk akal yang dimaksudkan untuk menemukan solusi politik dan diplomatik untuk krisis Ukraina," ucap Zakharova dalam komentarnya.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menyambut baik, bahkan memuji, percakapan telepon perdana antara Xi dan Zelensky itu. Namun AS juga menilai masih terlalu dini untuk memperkirakan apakah percakapan kedua kepala negara itu akan mengarah pada kesepakatan damai antara Moskow dan Kiev.
Seperti dilansir Reuters, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby menyambut baik percakapan telepon itu. "Itu hal yang baik," sebut Kirby dalam pernyataannya.
"Sekarang, apakah itu akan mengarah pada semacam gerakan perdamaian yang bermakna, atau rencana, atau proposal, saya pikir kita belum bisa mengetahuinya sekarang," imbuhnya.