Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh negara-negara Barat sebagai 'pemrakarsa dan penghasut' untuk konflik yang pecah di Ukraina. Putin juga menyebut negara-negara Barat telah melanggar 'garis merah' dengan terus mengirimkan pasokan senjata untuk Kiev.
Seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS, Senin (27/3/2023), tuduhan itu dilontarkan Putin dalam wawancara dengan wartawan Rusia, Pavel Zarubin, pada Minggu (26/3) waktu setempat.
"Kudeta bersenjata -- dari situlah semuanya bermula. Kami dipaksa melindungi penduduk Crimea, dan dengan cara ini atau lainnya, kami berakhir mendukung Donbass (wilayah di Ukraina bagian timur-red). Mereka berpura-pura tidak ada hubungannya dengan itu," ujar Putin dalam wawancara itu, merujuk pada Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka (negara-negara Barat-red) adalah pemrakarsa konflik ini dan para penghasut. Dan sekarang, mereka menyerahkan jutaan amunisi, perangkat keras, dan sebagainya," sebut Putin.
Putin menekankan bahwa dirinya sudah berulang kali membahas hal tersebut. Dia juga menambahkan bahwa mantan pemimpin Ukraina juga bisa disalahkan atas beberapa kesalahan tertentu terkait pecahnya konflik di negara tetangga Rusia itu.
"Tapi itu urusan dalam negeri mereka, urusan Ukraina sendiri. Tapi melancarkan kudeta, selain kudeta berdarah -- ini adalah cerita yang sama sekali berbeda," ucapnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Menurut Putin, negara-negara Barat telah melanggar semua 'garis merah' yang ada, bahkan 'garis merah tua', dengan memasok persenjataan untuk rezim Ukraina.
"Iya, itulah yang mereka lakukan, mereka melakukannya sejak awal tahun 2014. Ketika mereka memfasilitasi kudeta," ujar Putin merujuk pada konflik yang pecah di wilayah Ukraina bagian timur yang sebagian dikuasai separatis pro-Moskow.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak juga Video: Putin Tegaskan Rusia Tak Bentuk Aliansi Militer dengan China
Pernyataan itu disampaikan Putin setelah, pada Sabtu (25/3) waktu setempat, mengumumkan rencana mengerahkan senjata nuklir taktis ke Belarusia. Putin menyatakan langkah itu tidak melanggar janji non-proliferasi nuklir Rusia.
Ditegaskan juga bahwa Moskow tidak akan menyerahkan kendali atas senjata nuklir itu kepada Belarusia.
Bahkan dalam pernyataannya, Putin mengatakan bahwa Presiden Belarusia Alexander Lukashenko yang meminta pengerahan senjata itu. Otoritas Minsk belum memberikan komentar secara terbuka soal rencana Putin itu.
Rencana Putin itu menuai reaksi keras dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang menyebutnya sebagai langkah 'berbahaya dan tidak bertanggung jawab'.