- Setahun Perang, Eks Presiden Medvedev: Rusia Harus Menang di Ukraina!
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev bersumpah bahwa negaranya akan menang dalam perang melawan Ukraina yang telah berlangsung setahun terakhir.
Medvedev juga mencetuskan bahwa satu-satunya cara bagi Moskow untuk memastikan perdamaian abadi dengan Ukraina adalah dengan mendorong kembali perbatasan negara-negara musuh sejauh mungkin, bahkan jika harus menyentuh perbatasan Polandia yang merupakan negara anggota NATO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir Reuters dan Moscow Times, Sabtu (25/2/2023), pernyataan terbaru Medvedev itu disampaikan pada Jumat (24/2) waktu setempat, tepatnya saat peringatan setahun invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai 24 Februari tahun lalu.
"Kemenangan akan diraih. Kita semua menginginkannya terjadi sesegera mungkin. Dan hari itu akan datang," cetus Medvedev dalam pernyataannya via Telegram.
- AS Beri Rentetan Sanksi Baru ke Rusia, Moskow Yakin Takkan Berdampak
Amerika Serikat (AS) menandai peringatan setahun perang di Ukraina dengan menjatuhkan rentetan sanksi baru terhadap Rusia. Sanksi-sanksi terbaru itu dimaksudkan untuk merusak kemampuan Moskow dalam terus berperang.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (25/2/2023), pemerintahan Presiden Joe Biden mengungkapkan sanksi-sanksi terbaru itu saat negara-negara G7 dan Presiden Volodymyr Zelensky bertemu untuk membahas lebih banyak bantuan bagi Ukraina.
Sanksi yang dijatuhkan mencakup pembatasan visa untuk anggota militer Rusia, membekukan aset sekutu-sekutu Presiden Vladimir Putin, secara efektif melarang impor aluminium dari Rusia, membatas perbankan Rusia dan aktivitas produksi senjata.
- China Tepis Rumor Rusia Beli 100 Drone untuk Perang Ukraina!
Rusia dilaporkan tengah melakukan pembicaraan dengan sebuah perusahaan China untuk membeli 100 drone yang diduga akan digunakan dalam perang di Ukraina. Otoritas Beijing menanggapi laporan itu dengan menyebut banyak informasi keliru yang disampaikan soal negaranya.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (25/2/2023), Kementerian Luar Negeri China dalam tanggapannya mengaku tidak mengetahui soal laporan pembicaraan antara Rusia dan perusahaan Beijing terkait pembelian drone. Namun disinggung juga soal banyak informasi keliru yang kini menyebar soal China.
"Ada volume besar, terlalu banyak disinformasi yang menyebar soal China dalam hal ini. Kita harus waspada soal niat di balik ini," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, dalam konferensi pers pada Jumat (24/2) waktu setempat.
"Saya juga ingin menekankan bahwa China dalam ekspor produk militer selalu bersikap hati-hati dan bertanggung jawab, tidak menjual produk-produk militer ke area-area konflik atau pihak-pihak yang bertikai," jelasnya.
(nvc/nvc)