Pemerintah China dilaporkan menolak telepon dari Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin pada hari jet tempur AS menembak jatuh balon mata-mata milik Beijing. Balon mata-mata itu ditembak jatuh di atas perairan Atlantik pada Sabtu (4/2) lalu, setelah terdeteksi mengudara beberapa hari di wilayah AS.
Seperti dilansir AFP, Rabu (8/2/2023), informasi soal Menhan China menolak telepon dari Menhan AS itu diungkapkan oleh juru bicara Departemen Pertahanan AS, Brigadir Jenderal Pat Ryder, dalam pernyataan terbaru pada Selasa (8/2) waktu setempat.
"Pada Sabtu, 4 Februari, segera setelah mengambil tindakan untuk menembak jatuh balon RRC (Republik Rakyat China-red), DOD (Departemen Pertahanan) mengajukan permintaan panggilan aman antara Menhan Austin dan Menteri Pertahanan Nasional RRC Wei Fenghe," tutur Ryder dalam pernyataannya.
"Sayangnya, RRC menolak permintaan kami. Komitmen kami untuk membuka jalur komunikasi akan terus berlanjut," tegasnya.
Otoritas China bersikeras menyatakan balon udara itu merupakan kendaraan udara untuk observasi cuaca tanpa tujuan militer. Namun otoritas AS menggambarkannya sebagai kendaraan mata-mata yang canggih dan mampu mengudara di ketinggian yang sangat tinggi.
Setelah bergerak perlahan di wilayah AS bagian tengah, bahkan dilaporkan melintasi beberapa situs militer sangat rahasia, balon mata-mata China itu terang ke arah pantai timur, di mana jet tempur F-22 milik AS kemudian menembaknya hingga jatuh pada Sabtu (4/2) lalu.
Simak Video 'Balon Mata-mata Milik China Ukurannya Setara Gedung 15 Lantai':
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.