Seorang jenderal senior Amerika Serikat (AS) mengakui militer AS pernah gagal mendeteksi keberadaan balon mata-mata asing di masa lalu, sebelum insiden terbaru yang melibatkan balon mata-mata China yang ditembak jatuh. Jenderal senior AS menyebut kegagalan itu sebagai 'kesenjangan kewaspadaan'.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (7/2/2023), pengakuan itu disampaikan Kepala Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara dan Komando Utara AS, Jenderal Glen VanHerck, dari Angkatan Udara AS. VanHerck merupakan pejabat tinggi militer AS yang bertanggung jawab atas ditembak jatuhnya balon mata-mata China.
Pentagon atau Departemen Pertahanan AS mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa balon mata-mata China telah mengudara sebentar di AS setidaknya tiga kali sebelum pemerintahan Presiden Donald Trump dan satu kali sebelumnya pada masa pemerintahan Presiden Joe Biden.
VanHerck mengatakan bahwa militer AS tidak mendeteksi keberadaan balon mata-mata asing itu, sebelum sebuah balon mata-mata yang diduga milik China terdeteksi pada 28 Januari terbang di wilayah udara AS.
VanHerck menyebut balon mata-mata China itu berukuran raksasa dengan tinggi mencapai 60 meter dan membawa muatan yang beratnya diduga mencapai ribuan pon.
"Saya akan memberitahu Anda bahwa kami tidak mendeteksi ancaman-ancaman itu sebelumnya, dan itu merupakan area kesenjangan kewaspadaan," ujar VanHerck dalam pernyataannya.
Dia menambahkan bahwa intelijen AS menetapkan tujuan penerbangan balon udara asing sebelumnya setelah fakta yang didasarkan pada 'sarana pengumpulan tambahan' untuk informasi intelijen, tanpa mencari detail lebih lanjut soal apakah itu mungkin spionase dunia maya, penyadapan telepon atau sumber manusia.
Pada Sabtu (4/2) lalu, sebuah jet tempur F-22 milik Angkatan Udara AS menembak jatuh balon mata-mata China itu dengan sebuah rudal supersonik tunggal AIM-9X yang merupakan jenis rudal udara-ke-udara dan memiliki kemampuan pencarian termal.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak Video: Geger 'Balon Mata-Mata' Bikin Menlu AS Batal ke China