Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Indonesia sedang mengoordinasikan pencarian kapal kargo yang terdaftar di Malaysia yang telah hilang selama lebih dari seminggu.
Dilansir media Malaysia, The Star, Rabu (11/1/2023), Direktur Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA) Johor, Laksamana Pertama Nurul Hizam Zakaria mengatakan, badan tersebut diberitahu tentang masalah itu sekitar pukul 23:00 pada hari Selasa (10/1).
"Sub Center Penyelamatan Maritim Johor Baru (MRSC) mendapat informasi dari Pusat Koordinasi Penyelamatan Maritim Putrajaya bahwa Basarnas akan mengoordinasikan pencarian," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini berdasarkan informasi bahwa kapal tersebut kemungkinan berada di perairan Indonesia. Namun, sampai saat ini belum ada kabar jika kapal tersebut sudah ditemukan," ujar Nurul Hizam dalam keterangan tertulis, Rabu (11/1).
Nurul Hizam mengatakan bahwa kapal kargo yang hilang itu meninggalkan Kampung Acheh di Perak pada 23 Desember dan dijadwalkan tiba di Kuching, Sarawak, pada 31 Desember.
Kapal kargo itu disebut membawa muatan pipa logam senilai sekitar 726.000 Ringgit (Rp 2,5 miliar).
Kapal kargo itu memiliki lima anak buah kapal (ABK) yang terdiri atas dua warga negara Malaysia dan tiga warga negara Indonesia (WNI).
Informasi itu kami terima pada Senin (9/1) waktu setempat setelah agen kapal itu membuat laporan polisi," ujar Nurul Hizam dalam konferensi pers.
"Lokasi terakhir kapal itu terdeteksi pada 1 Januari melalui Sistem Identifikasi Otomatis. Kapal tersebut saat itu berada di perairan Indonesia dan berjarak sekitar 0,2 mil laut dari perairan Johor," tuturnya.
Nurul Hizam mengatakan bahwa terdapat tiga ABK asal Indonesia dan dua ABK asal Malaysia, yang berusia antara 20-57 tahun, di atas kapal kargo itu.
"Pada Senin (9/1) sekitar pukul 22.42 waktu setempat, Pusat Kontrol Misi Malaysia dan Pusat Komando Operasi Kepolisian Singapura mendeteksi situasi darurat dari kapal. Sinyal SOS datang dari sebuah lokasi berjarak sekitar 30 mil laut sebelah barat laut Pemangkat, Indonesia," terangnya.
Saat ditanya apakah mungkin kapal kargo itu dibajak oleh perompak, Nurul Hizam menyatakan MMEA tidak ingin berspekulasi. "Tapi apapun bisa terjadi di lautan," imbuhnya.