Warga Iran Skeptis Soal Pembubaran Polisi Moral

Warga Iran Skeptis Soal Pembubaran Polisi Moral

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 05 Des 2022 12:26 WIB
In this Tuesday, Sept. 20, 2022, photo taken by an individual not employed by the Associated Press and obtained by the AP outside Iran, protesters throw stones at anti-riot police during a protest over the death of a young woman who had been detained for violating the countrys conservative dress code, in downtown Tehran, Iran. Iran faced international criticism on Tuesday over the death of a woman held by its morality police, which ignited three days of protests, including clashes with security forces in the capital and other unrest that claimed at least three lives. (AP Photo)
Unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini yang tewas usai ditahan polisi moral semakin meluas di Teheran, Iran (dok. AP Photo)
Baghdad -

Laporan pembubaran polisi moral di Iran ditanggapi skeptis oleh warga. Khususnya warga Iran yang tinggal di wilayah Kurdi Irak, yang beberapa waktu terakhir menjadi target serangan lintas perbatasan dari rezim Teheran.

Seperti dilansir AFP, Senin (5/12/2022), polisi moral menjadi kekuatan yang tak terbantahkan saat unjuk rasa besar-besaran marak di berbagai wilayah Iran selama beberapa bulan terakhir. Unjuk rasa itu dipicu oleh kematian Mahsa Amini pada pertengahan September lalu.

Amini yang berusia 22 tahun dan keturunan Kurdi-Iran itu tewas beberapa hari setelah ditahan polisi moral di Teheran atas dugaan melanggar aturan wajib hijab. Unjuk rasa yang awalnya memprotes kematian Amini, belakangan meluas menjadi aksi menentang rezim pemerintah Iran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jaksa Agung Iran Mohammad Jafar Montazeri dalam pernyataan saat menghadiri konferensi keagamaan pada akhir pekan, menyatakan polisi moral telah dibubarkan saat ditanya wartawan lokal. Montazeri juga mengungkapkan bahwa parlemen dan otoritas kehakiman telah mengkaji aturan wajib hijab.

Langkah itu mencerminkan konsesi langka dari otoritas Iran terhadap gerakan protes rakyatnya. Namun, reaksi bernada skeptis disampaikan oleh sejumlah warga Iran di media sosial, dengan beberapa warga menyuarakan kekhawatiran bahwa peran polisi moral nantinya akan diambil alih oleh sebuah unit baru.

ADVERTISEMENT

Kabar itu juga hanya mendapatkan sedikit perhatian dari warga Iran yang ada di wilayah Kurdi Irak, markas kelompok oposisi Iran yang beberapa waktu terakhir menjadi target serangan rudal dan drone lintas perbatasan oleh Teheran.

"Slogan para demonstran bukanlah bahwa polisi moral harus dibubarkan," ucap Nachmil Abdi yang bekerja di toko sepatu wanita.

"Iya, salah satu tuntutannya adalah mengakhiri kewajiban berhijab. Namun, tuntutan sebenarnya adalah penghapusan rezim," tegasnya.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saksikan juga 'Aksi Solidaritas Fans Iran Jelang Laga Lawan AS di Piala Dunia 2022':

[Gambas:Video 20detik]



Soma Hakimzada, seorang jurnalis berusia 32 tahun kelahiran Kurdi Irak dari orang tua yang kabur dari Iran, juga tidak terlalu antusias dengan kabar itu.

"Saya pikir para wanita tidak mengapresiasi pengumuman Iran," kata Hakimzada, yang berharap agar langkah semacam itu tidak akan menyurutkan semangat unjuk rasa di Iran.

Reaksi warga Iran lainnya cukup beragam. "Jika kita ingin memiliki polisi moral, itu harus dilakukan dengan kata-kata lembut," tutur Wahid Sarabi, seorang warga Hamedan, Iran yang kini tinggal di kota suci Najaf di Irak.

Sementara Younis Radoui (36) yang berasal dari Mashhad, Iran, memandang bahwa aturan hukum di Iran 'menerapkan penghormatan untuk hijab -- dan oleh karena itu, semua warga harus menghormati hukum dan hijab'.

Sebelumnya diberitakan bahwa pernyataan Montazeri soal pembubaran polisi moral menuai bantahan dari media pemerintah Iran, Al-Alam, seperti dikutip media ternama CNN. Ditegaskan Al-Alam bahwa Kementerian Dalam Negeri yang mengawasi polisi moral, bukan otoritas kehakiman.

"Tidak ada pejabat Republik Iran yang mengatakan bahwa Patroli Bimbingan (polisi moral-red) telah ditutup," tegas Al-Alam dalam laporannya pada Minggu (4/12) sore waktu setempat. CNN telah menghubungi Kementerian Dalam Negeri Iran, namun belum mendapatkan jawaban.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads