Korea Utara (Korut) mengutuk keras latihan militer gabungan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) sebagai 'provokasi terbuka dan latihan perang berbahaya'. Pyongyang menggelar simulasi serangan ke pangkalan udara dan pesawat tempur kedua negara itu dalam responsnya.
Seperti dilansir Reuters, Senin (7/11/2022), Korut meluncurkan rentetan rudal, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM), dan menembakkan ratusan peluru artileri ke lautan sepanjang pekan lalu, saat AS dan Korsel menggelar latihan udara gabungan selama enam hari hingga Sabtu (5/11) waktu setempat.
Militer Korut dalam pernyataan yang dikutip Korean Central News Agency (KCNA) menyebut latihan gabungan bernama 'Vigilant Storm' itu sebagai 'provokasi terbuka yang bertujuan meningkatkan ketegangan secara sengaja' dan 'latihan perang berbahaya dengan sifat agresif yang sangat tinggi'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Latihan gabungan itu awalnya dijadwalkan untuk digelar hingga Jumat (4/11) lalu, namun Washington DC dan Seoul memperpanjangnya hingga Sabtu (5/11) waktu setempat setelah Pyongyang meluncurkan rentetan rudal dan artileri.
Sebagai respons atas latihan gabungan AS-Korsel yang diperpanjang, militer Korut melakukan aktivitas-aktivitas yang menjadi simulasi berbagai serangan terhadap pangkalan udara dan pesawat tempur kedua negara itu. Dilakukan juga simulasi serangan terhadap kota besar Korsel.
"Untuk menghancurkan histeria perang dari musuh yang konsisten," cetus militer Korut.
Dilaporkan juga oleh KCNA bahwa Korut menembakkan dua rudal 'strategis' berkemampuan nuklir, pada 2 November lalu, ke arah perairan Ulsan, Korsel. Ulsan merupakan kota pesisir sebelah tenggara yang menjadi lokasi pembangkit nuklir dan pabrik-pabrik besar.
Simak juga video 'Rudal Balistik Korut Mendarat Dekat Pantai Korsel, Semenanjung Korea Memanas':
Operasi itu disebut mencakup peluncuran dua 'rudal balistik taktis yang membawa muatan hulu ledak dispersi', kemudian juga uji coba 'hulu ledak fungsional khusus yang mampu melumpuhkan sistem komando operasional musuh', dan 'serangan mendadak secara keseluruhan' yang melibatkan 500 jet tempur.
Kepala Staf Jenderal Militer Korut (KPA) menuduh AS dan Korsel memicu 'konfrontasi yang lebih tidak stabil' dan bersumpah untuk melawan latihan gabungan kedua negara itu dengan 'langkah-langkah militer praktis yang berkelanjutan, tegas dan luar biasa'.
"Semakin gigih gerakan provokatif musuh berlanjut, semakin menyeluruh dan tanpa ampun KPA akan melawannya," tegas Kepala Staf Jenderal Militer Korut dalam pernyataan via KCNA.