Korut Luncurkan Rentetan Rudal, AS Salahkan China-Rusia

Korut Luncurkan Rentetan Rudal, AS Salahkan China-Rusia

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 05 Nov 2022 18:02 WIB
This photo provided on Oct. 10, 2022, by the North Korean government purports to show a missile test at an undisclosed location in North Korea, as taken sometime between Sept. 25 and Oct. 9. Independent journalists were not given access to cover the event depicted in this image distributed by the North Korean government. The content of this image is as provided and cannot be independently verified. Korean language watermark on image as provided by source reads:
Ilustrasi -- Peluncuran rudal Korut (dok. KCNA/AP Photo)
New York -

Amerika Serikat (AS) melontarkan serangan verbal terhadap China dan Rusia dalam forum Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), usai Korea Utara (Korut) meluncurkan rentetan rudal pekan ini. Washington DC menyalahkan Beijing dan Moskow yang disebut 'memampukan' Pyongyang melakukan hal itu.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (5/11/2022), Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield dalam forum PBB pada Jumat (4/11) mengecam -- tanpa menyebut nama negara -- China dan Rusia, yang pada Mei lalu memveto upaya pimpinan AS untuk memperketat sanksi-sanksi Korut merespons peluncuran sebelumnya.

Thomas-Greenfield menyebut Korut 'telah menikmati perlindungan menyeluruh dari dua anggota dewan ini' -- merujuk pada China dan Rusia sebagai negara anggota Dewan Keamanan PBB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anggota-anggota ini telah berusaha sangat keras untuk membenarkan pelanggaran berulang DPRK dan pada gilirannya mereka telah memampukan DPRK dan mengolok-olok dewan ini," sebut Thomas-Greenfield, menggunakan nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK).

Lebih lanjut, dia menyerukan 'persatuan' dalam menegakkan sanksi-sanksi.

ADVERTISEMENT

Rentetan peluncuran rudal Korut itu dilakukan saat AS dan Korsel tengah menggelar latihan udara gabungan besar-besaran, yang dikecam Pyongyang sebagai 'agresif dan provokatif'.

Dalam komentarnya, Thomas-Greenfield menolak kritikan terhadap latihan militer gabungan itu sebagai 'propaganda DPRK'. Dia menegaskan latihan gabungan itu 'tidak memberikan ancaman' kepada negara-negara lainnya, dan menegaskan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden terbuka untuk dialog.

Simak juga 'Rudal Balistik Korut Mendarat Dekat Pantai Korsel, Semenanjung Korea Memanas':

[Gambas:Video 20detik]



Dubes Prancis untuk PBB Nicolas de Riviere dalam forum yang sama menyerukan dilanjutkannya tekanan di tengah tanda-tanda Korut mempersiapkan uji coba nuklir ketujuh atau yang pertama sejak tahun 2017 lalu.

"Eskalasi saat ini belum pernah terjadi sebelumnya dan provokasi baru ini tidak bisa diterima," tegasnya.

Namun China, yang merupakan sekutu dekat Korut, dan Rusia, yang hubungannya dengan Barat memburuk akibat invasi ke Ukraina, balik menyalahkan AS. Dubes China Zhang Jun menyinggung soal latihan militer gabungan AS-Korsel dan peringatan terbaru Pentagon dalam dokumen strateginya soal serangan nuklir Korut berarti 'berakhirnya' rezim Kim Jong-Un.

"Peluncuran dan aktivitas terbaru DPRK tidak terjadi begitu saja, itu terkait langsung dengan kata-kata dan tindakan pihak-pihak terkait," sebutnya, merujuk ke AS.

Zhang menyerukan AS untuk mengatasi 'kekhawatiran DPRK yang sah dan beralasan agar menciptakan kondisi untuk dimulainya kembali dialog yang bermakna'.

Halaman 2 dari 2
(nvc/idh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads