Perdana Menteri (PM) Israel Yair Lapid mengklaim Lebanon, rival rezim Zionis, secara de-facto telah 'mengakui' negara Yahudi tersebut. Pengakuan itu, sebut Lapid, tertuang dalam kesepakatan perbatasan laut antara Israel dan Lebanon yang segera ditandatangani kedua negara.
"Ini merupakan pencapaian politik -- tidak setiap hari bahwa negara musuh mengakui Negara Israel, dalam perjanjian tertulis, di depan seluruh komunitas internasional," sebut Lapid dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Kamis (27/10/2022).
Pernyataan itu disampaikan oleh Lapid saat berbicara dalam pembukaan rapat kabinet yang digelar untuk secara resmi menyetujui kesepakatan perbatasan laut itu. Rapat digelar beberapa jam sebelum penandatanganan dilakukan secara terpisah oleh kedua pihak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Negara Israel menang hari ini. Dalam keamanan, secara ekonomi, secara diplomatik dan dalam energi," ujar Lapid.
Beberapa saat usai pernyataan Lapid itu, pemerintah Israel mengumumkan bahwa pihaknya secara resmi menyetujui kesepakatan perbatasan maritim dengan Lebanon. Kesepakatan yang dimediasi Amerika Serikat (AS) itu membuka jalan bagi ekstraksi gas lepas pantai yang menguntungkan kedua negara bertetangga, yang secara teknis masih berperang itu.
"Pemerintah Israel... menyetujui perjanjian soal perbatasan maritim antara Israel dan Lebanon," demikian pernyataan kantor PM Israel.
Belum ada tanggapan resmi pemerintah Lebanon atas klaim yang dilontarkan Lapid itu.
Simak juga 'Capai Kesepakatan Perbatasan Laut dengan Lebanon, Israel: Jamin Keamanan Warga':
Kesepakatan akhir akan ditandatangani di markas Pasukan Interim Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Lebanon yang berada di kota perbatasan Naqura, dengan kehadiran mediator AS Amos Hochstein dan koordinator khusus PBB untuk Lebanon Joanna Wronecka.
Perjanjian perbatasan maritim Israel-Lebanon itu menuai pujian Presiden AS Joe Biden sebagai 'terobosan bersejarah'.
"Dibutuhkan diplomasi yang berprinsip dan gigih untuk menyelesaikannya," sebut Biden, saat bertemu langsung Presiden Israel Isaac Herzog di Washington DC pada Rabu (26/10) waktu setempat.
AS diketahui telah memainkan peran penting dalam menengahi negosiasi panjang antara Israel dan Lebanon, yang secara teknis masih berperang setelah banyak konflik terjadi antara kedua negara.