Teheran -
Eskalasi korban tewas dalam demonstrasi memprotes kematian Mahsa Amini terus meningkat di Iran. Nyawa puluhan orang melayang gara-gara isu soal pengenaan jilbab untuk perempuan di Negeri Para Mullah itu.
Di Republik Islam Iran, ada aturan resmi yang mengatur tata cara kaum perempuan berpakaian. Penegakan aturan ini diserahkan kepada unit polisi yang dikenal sebagai Patroli Panduan atau Gasht-e Ershad atau biasa disebut 'polisi moral'. Mereka punya kewenangan menahan warga yang dianggap 'berpakaian secara tidak pantas'.
Kaum perempuan diwajibkan menutup rambut dengan hijab dan mengenakan pakaian panjang-longgar untuk menutup lekuk tubuh mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suatu hari, Mahsa Amini diduga tidak menutup rambutnya secara sempurna dengan hijab sehingga sempat terlihat saat ditangkap di Teheran, ibu kota Iran pada 13 September 2022. Perempuan muda itu koma setelah jatuh pingsan di tahanan dan meninggal tiga hari kemudian di rumah sakit.
Polisi moral membantah bahwa anggota mereka memukul kepala Amini dengan tongkat atau membenturkan kepalanya ke mobil polisi.
Selanjutnya, protes menyeruak:
Lihat juga Video: Protes Kematian Perempuan Iran Berujung Ricuh, 17 Pedemo Tewas
[Gambas:Video 20detik]
Protes menyeruak
Gelombang demonstrasi terjadi di mana-mana di sekujur Iran. Presiden Ebrahim Raisi memperingatkan para demonstran agar tidak memicu kekacauan dalam aksi mereka.
Dilansir Reuters, Jumat (23/9), Raisi telah memerintahkan penyelidikan terhadap kematian Amini, perempuan 22 tahun itu. Meski begitu, rakyat tak puas.
Demo di mana-mana usai Amini diumumkan meninggal pada Jumat (16/9) lalu. Ini adalah unjuk rasa terbesar di Iran sejak 2019 lalu. Para wanita disebut memainkan peranan penting.
Mahsa Amini sempat menjadi sorotan dunia. Ia meninggal dunia setelah koma di rumah sakit selama tiga hari. Lantas, siapa sebenarnya sosok Mahsa Amini ini? Foto: Twitter via The Guardian |
Unjuk rasa diisi dengan aksi pelepasan jilbab oleh para demonstran perempuan. Mereka juga membakar hijab mereka. Sejumlah wanita nekat memotong rambut mereka di depan umum.
Di Teheran dan kota-kota lain, massa marah. Mereka membakar kantor polisi dan kendaraan polisi. Unjuk rasa meluas sampai 31 provinsi di Iran. Kementerian Intelijen menyatakan unjuk rasa ini ilegal dan pesertanya akan diadili.
Selanjutnya, korban tewas bertambah:
Korban tewas bertambah
Dilansir AFP, Kamis (22/9) lalu, tercatat 11 orang tewas dalam unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini. Jumlah itu termasuk tiga aparat yang ditikam di Mashhad, Qazvin, dan Tabriz.
Satu anggota pasukan keamanan lainnya tewas di kota Shiraz, Iran selatan, seraya menambahkan bahwa seorang pengunjuk rasa juga telah ditikam sampai mati di Qazvin.
Enam demonstran tewas. Empat di antaranya tewas di Kurdistan, provinsi asal Mahsa Amini. Dua demonstran tewas di Kermanshah, provinsi dengan komunitas Kurdi yang besar.
Sehari kemudian, Jumat (23/9), total korban jiwa bertambah jumlahnya. Masih dari AFP, dilaporkan ada 36 yang tewas dalam aksi protes. Jumlah ini dihimpun oleh kelompok hak asasi manusia yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS), Centero for Human Rights in Iran (CHRI).
"Pada hari ke -7 #IRanProtest, para pejabat mengakui setidaknya 17 kematian, dengan sumber independen mengatakan jumlahnya 36," tulis Chri dalam posting di Twitter pada Kamis malam waktu setempat.
Namun menurut pemerintah Iran, jumlah yang tewas sampai Kamis (22/9) ada 17 orang, termasuk 5 personel keamanan.
Sabtu (24/9), jumlah korban tewas dilaporkan bertambah lagi. Angkanya sudah mencapai 50 orang meninggal dalam aksi protes.
Kali ini, pihak pencatatnya adalah Iran Human Rights (IHR) yang berbasis di Oslo, Norwegia. Jumlah korban bertambah setelah ada 6 orang tewas ditembak di kota Revanshahr, Provinsi Gilan, Kamis (22/9) malam waktu setempat.
Unjuk Rasa di Iran Semakin Memanas, Badan Intelijen Mengancam Jatuhkan Sanksi Foto: ABC Australia |
Sejumlah tambahan kematian lainnya tercatat dalam unjuk rasa serupa di wilayah Babol dan Amol, yang terletak di bagian utara Iran.
"Sedikitnya 50 orang tewas sejauh ini, dan orang-orang terus memprotes hak-hak dasar dan martabat mereka," ucap Direktur IHR Mahmood Miry-Moghaddam kepada AFP.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini