Pemungutan suara dalam referendum untuk bergabung dengan Rusia telah dimulai di empat wilayah Ukraina yang dikuasai Moskow. Pemungutan suara akan berlangsung selama lima hari hingga Selasa (27/9) pekan depan.
Seperti dilansir Associated Press, Jumat (23/9/2022), referendum yang dicetuskan oleh Kremlin ini dipandang sebagai langkah menuju pencaplokan wilayah-wilayah Ukraina oleh Rusia. Otoritas Ukraina dan negara-negara Barat mengecam referendum itu sebagai penipuan, tanpa kekuatan hukum apapun yang mengikat.
Pemungutan suara atau voting, sebut para pejabat pro-Rusia di Ukraina, tengah berlangsung di Luhansk, juga di sebagian wilayah Zaporizhzhia dan Donetsk yang dikuasai Moskow. Untuk wilayah Kherson, yang hampir sepenuhnya dikuasai Rusia, akan menggelar voting mulai Jumat (23/9) pagi waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Voting yang isinya menanyakan penduduk keempat wilayah itu apakah mereka ingin wilayah menjadi menjadi bagian dari Federasi Rusia, diprediksi hasilnya akan mengikuti kemauan Moskow.
Hasil referendum itu nantinya akan bisa dijadikan dalih oleh Rusia untuk mengklaim bahwa setiap upaya pasukan Ukraina merebut kembali wilayah-wilayah itu adalah serangan terhadap Rusia sendiri. Hal itu berarti tentunya akan semakin meningkatkan perang yang sudah berlangsung selama tujuh bulan di Ukraina.
Referendum itu digelar setelah sebelumnya Presiden Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi militer parsial, yang berarti bisa mengerahkan 300.000 tentara Rusia tambahan untuk bertempur di Ukraina.
Pemungutan suara dalam referendum itu akan berlangsung selama lima hari, hingga Selasa (27/9) pekan depan, dengan hasilnya akan bisa diketahui sesaat setelah itu.
Menurut para pejabat yang ditunjuk Rusia di empat wilayah Ukraina yang diduduki Moskow itu, karena alasan keamanan, untuk empat hari pertama para pejabat setempat akan membawa surat suara ke rumah-rumah penduduk dan mendirikan tempat pemungutan suara di dekat gedung-gedung permukiman setempat.
Pada Selasa (27/9) pekan depan akan menjadi satu-satunya hari ketika para pemilih diundang untuk datang ke tempat pemungutan suara reguler dan memberikan suara mereka.
Pemungutan suara juga digelar di Rusia, di mana para warga Ukraina dari keempat wilayah itu yang mengungsi akan bisa memberikan suara dalam referendum itu.
Pemimpin separatis pro-Rusia di Donetsk, Denis Pushilin, menyebut referendum itu sebagai 'tonggak sejarah'.