Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memanfaatkan pidatonya dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menyoroti manuver yang dilakukan negaranya dalam berbagai konflik, yang membentang dari Suriah hingga Ukraina.
Seperti dilansir Associated Press, Rabu (21/9/2022), pidato Erdogan itu disampaikan saat Turki tengah menghadapi inflasi yang sangat tinggi -- secara resmi mencapai 80 persen, namun menurut para analis, mencapai dua kali lipat dari itu.
Erdogan menyalahkan inflasi tinggi itu pada harga pangan dan energi yang sangat tinggi secara global, bukan karena kebijakan ekonomi pemerintahannya. Namun, pidatonya lebih fokus pada pandangannya soal peran Turki di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan Erdogan dalam pidatonya bahwa dirinya dan Turki 'berusaha menjadi bagian dari solusi' dalam konflik-konflik di seluruh dunia.
Membahas sejumlah isu hangat, Erdogan bicara soal perlunya stabilitas di Irak, pemilu yang adil di Libya, ketahanan pangan di Tanduk Afrika, perlunya negara Palestina, hak-hak warga Muslim Rohingya di Myanmar dan warga Muslim Uighur di China, dan melawan sentimen anti-Muslim secara global.
Pidato Erdogan juga menyoroti peran Turki dalam begitu banyak konflik tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Peran itu mencakup serangan langsung terhadap petempur Kurdi yang didukung Amerika Serikat (AS) di Suriah bagian timur, diplomasi level tinggi di Ukraina, kehadiran pasukannya di Libya mendukung pemerintahan berbasis di Tripoli, ketegangan sejak lama dengan Siprus dan Yunani, dan dukungan kuat untuk Azerbaijan dalam konflik dengan Armenia.
"Semua bencana yang mempengaruhi jutaan orang ini menunjukkan Perserikatan Bangsa-bangsa harus jauh lebih efektif, jauh lebih berpengaruh," cetus Erdogan dalam pidatonya.
Simak juga 'Sekjen PBB Buka Sidang Umum: Dunia Kita Dalam Bahaya dan Lumpuh!':