Ribuan pengunjuk rasa Sudan kembali turun ke jalan. Para demonstran itu mendesak tuntutan agar kembali ke pemerintahan sipil menyusul kudeta militer sejak tahun lalu.
Dilansir dari AFP, Rabu (14/9/2022), Sudan telah diguncang oleh gelombang demonstrasi sejak angkatan bersenjata yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan merebut kekuasaan pada Oktober tahun lalu. Kudeta itu mengubah transisi ke pemerintahan sipil yang diluncurkan setelah penggulingan Omar al-Bashir 2019, setelah tiga dekade otoritarianisme.
Demonstran pada rapat umum hari Selasa (13/9) di Khartoum menyerukan militer untuk kembali ke barak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para demonstran juga membawa poster dari 116 orang yang menurut petugas medis pro-demokrasi telah tewas dalam tindakan keras terhadap protes anti-kudeta. Beberapa membawa potret Burhan dengan tanda salib dan keterangan yang menyuruhnya pergi.
Pada Juli lalu, Burhan berjanji dalam pidato yang disiarkan televisi untuk menyingkir dan memberi jalan bagi faksi-faksi Sudan untuk menyetujui pemerintahan sipil.
Para pemimpin sipil menolak langkah itu sebagai tipu muslihat, dan para pengunjuk rasa pro-demokrasi tetap mempertahankan seruan mereka tidak ada negosiasi dan tidak ada kemitraan dengan militer.
Kesulitan ekonomi semakin dalam di Sudan, yang sudah miskin setelah kudeta yang memicu pemotongan bantuan internasional yang penting. Pegawai pemerintah, pedagang, buruh dan tenaga medis antara lain semakin kritis terhadap kenaikan biaya hidup dan upah yang rendah.
Pada bulan Juni, PBB mengatakan rekor 15 juta orang di Sudan--sekitar sepertiga dari populasi--menghadapi ketidakamanan pangan akut dan memperingatkan situasinya kemungkinan akan bertambah buruk.
Simak juga 'Saat Warga Sudan Demo ke Jalan!':