Banjir dahsyat yang melanda Pakistan telah membuat sepertiga negara itu terendam air. Para petani Pakistan masih menghitung kerugian mereka, tetapi dampak jangka panjangnya sudah jelas.
"Kami telah mundur 50 tahun," kata Ashraf Ali Bhanbro, seorang petani di provinsi Sindh yang 2.500 hektar kapas dan tebu - di ambang panen - kini telah musnah akibat banjir.
Dilansir dari kantor berita AFP, Sabtu (3/9/2022), lebih dari 33 juta orang telah terkena dampak banjir yang disebabkan oleh rekor hujan lebat, dan salah satu daerah yang paling parah terkena dampak adalah Sindh di selatan Pakistan.
Provinsi ini dibelah oleh Sungai Indus yang besar, di sepanjang tepiannya pertanian telah berkembang selama ribuan tahun.
"Pada satu tahap hujan terus menerus selama 72 jam," kata Bhanbro, menambahkan dia telah kehilangan setidaknya 270 juta rupee (US$ 1,2 juta) pada input saja.
"Itu adalah biaya yang dikeluarkan untuk pupuk dan pestisida... kami tidak memasukkan keuntungan, yang mungkin jauh lebih tinggi karena itu adalah panen raya," ujarnya.
"Kami punya waktu satu bulan. Jika air tidak habis pada periode itu, tidak akan ada gandum," katanya di lahan pertaniannya di desa Sammu Khan, sekitar 40 kilometer (25 mil) timur laut Sukkur.
Simak juga 'Banjir Pakistan Putus Akses Evakuasi dan Bantuan, Situasi Makin Buruk':
(ita/ita)