Militer Rusia dilaporkan sedang mengalami kekurangan cukup banyak personel saat pertempuran terus berlanjut di Ukraina. Moskow disebut tengah berupaya merekrut tentara kontrak, dan bahkan mencari tentara dari kalangan pelaku kriminal yang mendekam di penjara.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (1/9/2022), Presiden Vladimir Putin menandatangani dekrit terbarunya pada Kamis (25/8) pekan lalu, yang isinya memerintahkan penambahan jumlah tentara Rusia saat invasi ke Ukraina telah berlangsung selama tujuh bulan.
Moskow tidak mengungkapkan jumlah tentaranya yang gugur dalam operasi militer di Ukraina. Namun para pejabat negara-negara Barat dan pemerintah Ukraina menyebut jumlah tentara Rusia yang tewas mencapai ribuan personel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Militer Rusia mengalami kekurangan pasukan yang parah di Ukraina," sebut seorang pejabat AS, yang enggan disebut namanya karena membahas informasi intelijen.
Menurut pejabat AS itu, otoritas AS meyakini Kementerian Pertahanan Rusia tengah berupaya merekrut personel militer atau tentara-tentara kontrak untuk mengatasi kekurangan pasukan itu.
"Termasuk dengan memaksa tentara-tentara yang cedera untuk kembali bertempur, mendapatkan personel dari perusahaan-perusahaan keamanan swasta, dan membayarkan bonus kepada para tentara wajib militer," tutur pejabat AS itu dalam pernyataannya.
"Secara terpisah, kami memiliki laporan yang kredibel bahwa Kementerian Pertahanan Rusia juga kemungkinan mulai merekrut para pelaku kejahatan yang sudah dihukum di Ukraina dengan imbalan pengampunan dan kompensasi finansial," ungkap pejabat AS itu.
Belum ada tanggapan resmi otoritas Rusia atas laporan intelijen AS tersebut.
Simak juga 'Zelensky Minta Eropa Larang Tayangkan TV Pemerintah Rusia':