Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan menyatakan korban tewas akibat banjir yang menerjang pada bulan ini bertambah melebihi 180 orang. Taliban pun meminta bantuan pada komunitas internasional.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/8/2022), banjir telah memicu kerusakan secara luas di wilayah tengah dan timur Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir. Banjir ini memicu kerusakan terhadap ribuan rumah warga dan memperburuk krisis ekonomi maupun kemanusiaan yang terjadi di negara itu.
"Emirat Islam Afghanistan tidak bisa mengatasi banjir sendiri, kami meminta dunia, organisasi internasional dan negara-negara Islam untuk membantu kami," ucap juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam konferensi pers.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mujahid menyebut sedikitnya 182 orang tewas akibat banjir yang menerjang Afghanistan sepanjang bulan ini, sedangkan 250 orang lainnya mengalami luka-luka.
Disebutkan juga bahwa lebih dari 3.100 rumah hancur total dan ribuan ekor ternak mati akibat banjir.
Afghanistan diketahui masih dalam masa pemulihan akibat serentetan bencana alam yang melanda tahun ini, termasuk kekeringan dan gempa bumi kuat yang menewaskan lebih dari 1.000 orang pada Juni lalu. Negara ini sebagian besar terputus dari sistem keuangan internasional sejak Taliban berkuasa lagi setahun lalu.
Di distrik Khoshi, Provinsi Logar, para pekerja kemanusiaan menggambarkan kehancuran secara luas akibat banjir parah yang menerjang dalam beberapa hari terakhir. Ladang-ladang dilaporkan tergenang lumpur dan bangkai hewan ternak bertumpuk.
Simak Video: Banjir Bandang di Afghanistan, 20 Orang Tewas
Badan anak-anak PBB, UNICEF, melaporkan sekitar 20.000 orang di distrik tersebut terdampak banjir. Disebutkan juga bahwa sedikitnya 20 orang, termasuk enak anak-anak, tewas dan dua orang lainnya masih hilang.
"Orang-orang kehilangan segalanya... mereka kehilangan semuanya dalam semalam," ucap Kepala UNICEF Afghanistan, Anne Kindrachuk, usai mengunjungi area terdampak banjir.
"Ada tiga komunitas tenda atau kamp tapi orang-orang tidak yakin apa yang akan terjadi selanjutnya, bagaimana mereka akan makan pada musim dingin ini, mata pencaharian mereka musnah," imbuhnya.