Dua pesawat pengebom B-52 Angkatan Udara Amerika Serikat terbang di atas wilayah Balkan pada Senin (22/8) malam waktu setempat. Ini dilakukan untuk menunjukkan komitmen AS kepada sekutu-sekutu NATO di tengah meningkatnya ketegangan atas invasi Rusia ke Ukraina.
Dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (23/8/2022), kedua pesawat tersebut akan melakukan penerbangan di ketinggian rendah di atas Gedung Pemerintah di Skopje, Makedonia Utara dan Alun-Alun Skanderbeg di Tirana, Albania. Pesawat-pesawat militer AS tersebut juga akan terbang menyusuri pantai Montenegro dan Lovrijenac di Dubrovnik, Kroasia.
"Tujuan dari masing-masing penerbangan itu adalah untuk menunjukkan komitmen dan jaminan AS kepada sekutu dan mitra NATO yang berlokasi di Eropa tenggara," kata Angkatan Udara AS di Eropa dalam sebuah pernyataan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
B-52H Stratofortress adalah pesawat pembom berat jarak jauh yang mampu meluncurkan berbagai senjata dalam inventaris AS.
Sekutu-sekutu NATO saat ini mengirim kapal dan jet untuk memperkuat sayap timur aliansi keamanan tersebut dalam menanggapi agresi Rusia di Ukraina.
Sebelumnya pada bulan Juni, Angkatan Udara AS juga mengirimkan dua pesawat tempur F35 untuk melakukan penerbangan pada ketinggian rendah di atas Baltik.
Hingga saat ini perang antara Rusia dan Ukraina belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Hampir 9.000 tentara Ukraina telah tewas sejak invasi Rusia dimulai pada akhir Februari lalu.
Lihat juga video 'Militer AS-Indonesia Latihan Bersama, Cegah Perang China-Taiwan?':
Dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (23/8/2022), angka tersebut disampaikan panglima tertinggi Ukraina, Valeriy Zaluzhny pada Senin (22/8) waktu setempat seperti dilaporkan kantor berita Interfax-Ukraine.
Valeriy Zaluzhny mengatakan kepada sebuah forum bahwa anak-anak Ukraina membutuhkan perhatian khusus "karena ayah mereka telah pergi ke garis depan dan mungkin termasuk di antara hampir 9.000 pahlawan yang terbunuh".
Para pejabat Ukraina jarang sekali memberikan perincian tentang korban militer dalam hampir enam bulan perang yang berlangsung.
Angka perkiraan terakhir yang disampaikan adalah pada April lalu ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa hingga 3.000 tentara Ukraina telah tewas dan 10.000 terluka.