Rusia menyatakan pihaknya bisa menutup Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, yang merupakan pembangkit nuklir terbesar di Eropa, usai dilanda serangan di garis depan pertempuran di Ukraina. Otoritas Kiev menyebut langkah itu justru akan meningkatkan risiko bencana nuklir.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (19/8/2022), Rusia juga menolak seruan internasional untuk penetapan zona demiliterisasi di sekitar PLTN Zaporizhzhia, yang dikuasai pasukan Moskow sejak awal-awal invasi pada akhir Februari lalu. PLTN Zaporizhzhia masih dioperasikan oleh para insinyur Ukraina di bawah pendudukan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang membahas situasi di PLTN itu dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres yang sedang berkunjung ke Lviv, menyerukan kepada PBB utuk memastikan PLTN itu di-demiliterisasi dan dilindungi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teror yang disengaja dari pihak agresor ini bisa memiliki konsekuensi bencana global bagi seluruh dunia," tulis Zelensky dalam aplikasi pesan Telegram.
Lebih lanjut, Zelensky menuduh Rusia melakukan 'pemerasan nuklir' di PLTN Zaporizhzhia.
PLTN Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia berada di tepi selatan bendungan besar, sedangkan pasukan Ukraina menguasai tepi utara. Beberapa hari terakhir, sejumlah gempuran dilaporkan melanda area dekat PLTN itu, dengan Rusia dan Ukraina saling menyalahkan.
Ukraina juga menuding Rusia menggunakan PLTN itu sebagai tameng bagi pasukannya untuk melancarkan serangan melintasi bendungan ke kota-kota yang masih dikuasai Kiev. Otoritas Moskow membantah tudingan itu.
Negara-negara asing dan PBB menyerukan kepada Rusia untuk mengizinkan pemeriksa internasional untuk masuk. Reuters tidak bisa mengonfirmasi secara independen situasi militer di sana.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, pada Kamis (18/8), menyebut seruan zona demiliterisasi di sekitar PLTN 'tidak bisa diterima'. Kementerian Pertahanan Rusia secara terpisah menyatakan Moskow bisa saja menutup PLTN Zaporizhzhia jika serangan terus berlanjut.
Para pejabat Kiev dalam responsnya balik menuduh Rusia berencana menutup PLTN itu untuk memutuskannya dari jaringan listrik Ukraina dan mengalihkannya ke Rusia -- secara efektif berarti mencuri output pasokan listrik dari PLTN itu.
Perusahaan energi nuklir negara Ukraina, Energoatom, secara terpisah menyebut penutupan PLTN itu akan meningkatkan risiko 'bencana radiasi di pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa.
Memutuskan generator kompleks PLTN itu dari sistem jaringan listrik Ukraina, sebut Energoatom, akan mencegahhnya digunakan untuk menjaga bahan bakar nuklir tetap dingin, jika terjadi pemadaman listrik di kompleks itu.