China dan Thailand menggelar latihan gabungan Angkatan Udara sejak Minggu (14/8) waktu setempat. Latihan gabungan semacam ini menjadi yang pertama digelar dalam beberapa tahun terakhir setelah terhenti akibat pandemi virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir AFP, Senin (15/8/2022), latihan gabungan bernama 'Falcon Strike' ini berlangsung setelah China menggelar latihan militer besar-besaran di sekitar wilayah Taiwan, untuk merespons kunjungan kontroversial Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taipei awal bulan ini.
Kepala Angkatan Udara Thailand, Marsekal Prapas Sornchaidee, menyebut 'Falcon Strike' akan digelar mulai 14 Agustus hingga 25 Agustus di wilayah timur laut Thailand.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prapas menambahkan bahwa latihan gabungan ini dimaksudkan untuk 'memperkuat hubungan dan pengertian' dengan China.
Pekan lalu, Kementerian Pertahanan China menyebut kontingen Angkatan Udara China yang dikerahkan dalam latihan di Thailand akan mencakup sejumlah jet tempur, pesawat pengebom dan pesawat peringatan dini udara (AEW).
Disebutkan juga bahwa latihan gabungan itu melibatkan pelatihan untuk 'dukungan udara, serangan terhadap target di daratan, dan pengerahan tentara skala kecil dan besar'.
Latihan gabungan Angkatan Udara China dan Thailand digelar secara rutin sejak tahun 2015 hingga pandemi Corona melanda.
Simak juga 'Militer AS-Indonesia Latihan Bersama, Cegah Perang China-Taiwan?':
Secara terpisah, AS -- yang bersitegang dengan China -- baru saja menggelar latihan gabungan 'Super Garuda Shield' di Indonesia dengan sejumlah negara lainnya. AS, beberapa waktu terakhir, menyatakan kekhawatiran atas berkembangnya pengaruh China di kawasan Pasifik.
Sementara Thailand yang berupaya memperkuat hubungan pertahanan dengan China, menjadi salah satu negara pertama yang membeli perangkat keras Angkatan Laut di bawah kesepakatan yang difinalisasi tahun 2017.
Namun tahun 2020, kesepakatan senilai US$ 724 juta untuk dua kapal selam buatan China ditangguhkan karena ada protes publik.