Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan negaranya harus membebaskan Crimea untuk mengakhiri perangnya dengan Rusia. Crimea diketahui dicaplok oleh Rusia dari Ukraina tahun 2014 lalu.
Seperti dilansir CNN, Rabu (10/8/2022), seruan itu disampaikan Zelensky dalam pernyataan terbarunya pada Selasa (9/8) malam waktu setempat. Perang di Ukraina telah berlangsung sejak Moskow mengirimkan pasukannya ke negara tetangganya itu pada 24 Februari lalu.
"Perang Rusia melawan Ukraina dan melawan seluruh Eropa yang bebas dimulai dengan Crimea dan harus diakhiri dengan Crimea -- pembebasannya," cetus Zelensky dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini tidak mungkin untuk mengatakan kapan ini akan terjadi. Tapi kita secara konstan terus menambahkan komponen yang diperlukan ke dalam formula untuk pembebasan Crimea," ucapnya.
"Crimea adalah milik Ukraina, dan kita tidak akan pernah menyerah," tegas Zelensky.
Lebih lanjut, Zelensky menyebut pendudukan Rusia atas Crimea telah mengancam keamanan global.
"Kehadiran penjajah Rusia di Crimea merupakan ancaman bagi seluruh Eropa dan bagi stabilitas global. Tidak akan ada perdamaian yang stabil dan abadi di banyak negara di tepi Laut Mediterania selama Rusia mampu menggunakan semenanjung kita sebagai pangkalan militernya," sebut Zelensky memperingatkan.
Zelensky kemudian mengingatkan pentingnya sejarah Semenanjung Crimea bagi warga Ukraina.
"Negara kita adalah rumah bagi orang-orang yang kebudayaan dan aspirasi nasionalnya dibentuk di Crimea. Oleh karena itu, ketika kita mengupayakan pembebasan semenanjung itu, kita berjuang untuk pemulihan integritas wilayah negara kita, dan untuk kembalinya rumah bagi penduduk asli Ukraina," ujarnya.
Pada Selasa (9/8) waktu setempat, rentetan ledakan dilaporkan mengguncang area yang menjadi pangkalan udara Rusia di Crimea. Otoritas Ukraina tidak secara resmi mengomentari ledakan itu. Diketahui bahwa pasukan Ukraina tidak pernah melancarkan serangan ke wilayah Crimea sejak Rusia menginvasi.
Kementerian Pertahanan Rusia dalam pernyataannya, seperti dilansir Associated Press, membantah jika pangkalan udara Saki di Crimea itu telah digempur. Diklaim oleh Kementerian Pertahanan Rusia bahwa amunisi yang disimpan di pangkalan itu meledak.