Sebuah ledakan mengguncang markas Armada Laut Hitam Rusia yang ada di Semenanjung Crimea, yang dicaplok dari Ukraina tahun 2014 lalu. Sedikitnya enam orang mengalami luka-luka akibat ledakan itu.
Seperti dilansir Associated Press, Senin (1/8/2022), otoritas Crimea yang dikuasai Rusia menyebut ledakan dipicu oleh sebuah alat peledak kecil yang diangkut sebuah drone rakitan yang mengudara ke markas pasukan Rusia di Crimea pada Minggu (31/7) waktu setempat.
Ledakan dilaporkan terjadi di halaman markas Angkatan Laut Rusia di kota Sevastopol, Crimea.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone tersebut. Namun melihat dari skala serangan yang cenderung kecil dan berimprovisasi, tampaknya serangan didalangi oleh pemberontak Ukraina yang mencoba mengusir pasukan Rusia.
Seorang anggota parlemen Rusia dari Crimea, Olga Kovitidi, menuturkan kepada kantor berita RIA-Novosti bahwa drone itu diluncurkan dari wilayah Sevastopol sendiri. Dia menyebut insiden itu diselidiki sebagai dugaan aksi teroris, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Otoritas Crimea menaikkan level ancaman terorisme untuk wilayahnya menjadi 'kuning', yang merupakan level tertinggi kedua.
Sevastopol diketahui berjarak 170 kilometer sebelah selatan daratan utama Ukraina. Pasukan Rusia diketahui menguasai sebagian besar daratan Crimea di sepanjang Laut Hitam.
Lihat juga video 'Rusia Klaim 140 Pasukan Elit Ukraina Tewas dalam Sebuah Serangan':
Kantor pers Armada Laut Hitam menyebut drone itu tampaknya rakitan dan alat peledak yang terpasang pada drone disebut 'berdaya rendah'.
Wali Kota Sevastopol Mikhail Razvozhaev menyebut sedikitnya enam orang mengalami luka-luka akibat ledakan itu. Seremoni peringatan Hari Angkatan Laut Rusia di wilayah itu juga terpaksa dibatalkan.
Dalam pernyataan terpisah, Angkatan Laut Ukraina dan penasihat Presiden Volodymyr Zelensky menyebut laporan serangan drone itu menggarisbawahi kelemahan pertahanan udara Rusia.
"Apakah penjajah mengakui ketidakberdayaan sistem pertahanan udara mereka? Atau ketidakberdayaan mereka di hadapan partisan Crimea?" sebut Oleksiy Arestovich yang merupakan penasihat Zelensky dalam pernyataan via Telegram.
Jika serangan semacam itu mungkin dilakukan oleh Ukraina, sebut Arestovich, maka 'penghancuran jembatan Crimea dalam situasi seperti itu tidak lagi terdengar realistis' -- merujuk pada jembatan yang dibangun Rusia untuk menghubungkan wilayahnya dengan Crimea usai pencaplokan.