Kota Lysychansk di Ukraina bagian timur, yang kini dikuasai pasukan Rusia, hancur lebur usai pertempuran sengit berlangsung berminggu-minggu. Mobil-mobil polisi Ukraina terguling dan dipenuhi lubang bekas peluru, gedung pemerintah hangus dan kubah gereja Ortodoks setempat hancur akibat pertempuran.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (6/7/2022), seorang reporter Reuters yang mengunjungi langsung Lysychansk mendapati kehancuran secara luas dan hanya menemukan sedikit warga di kota yang sebelumnya berpenduduk nyaria 100.000 jiwa itu.
Sejumlah warga sipil yang masih bertahan, yang semuanya wanita, memantau kerusakan akibat pertempuran di Lysychansk. Kendaraan lapis baja yang sebelumnya digunakan pasukan pro-Rusia terguling di jalanan dan spanduk kemenangan Soviet warna merah -- simbol Perang Dunia II yang diadopsi pasukan Rusia -- tergantung di pintu masuk sebuah gedung pemerintah setempat yang sudah hancur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jatuhnya Lysychansk ke tangan Rusia dan separatis pendukungnya dipuji sebagai momen penting oleh Moskow, yang sekarang memegang kendali penuh atas Provinsi Luhansk yang lebih luas. Luhansk bersama Donetsk menjadi target aksi yang disebut Presiden Vladimir Putin sebagai operasi militer khusus di Ukraina.
Bagi Ukraina, direbutnya Lysychansk oleh Moskow menjadi kekalahan menyakitkan dalam apa yang disebut sebagai agresi perang yang tidak dibenarkan, yang dirancang untuk merebut petak-petak wilayah dan membuat Ukraina semakin kecil juga semakin lemah.
Disebutkan juga bahwa kota itu memiliki nilai strategis yang kecil dan mampu menahan pasukan Rusia yang berupaya menguasainya selama berminggu-minggu, sembari merebut kembali sejumlah wilayah di bagian selatan Ukraina.
Di Lysychansk pada Senin (4/7) waktu setempat, seorang reporter Reuters yang yang mengunjungi kota itu dengan bantuan otoritas Republik Rakyat Luhansk yang didudukung Rusia, mendapati kota itu sangat sunyi di beberapa tempat setelah sebagian besar penduduknya mengungsi.
Olga, seorang pensiunan berusia 67 tahun yang tetap tinggal di Lysychansk, menyambut ketenangan yang kini menyelimuti kota itu. "Situasinya baik sekarang. Kami hanya takut (pertempuran) itu kembali," ucapnya, sembari menyatakan hal pertama yang ingin dilakukannya adalah mengunjungi anak-anaknya di Rusia.
Jika tidak, Olga mengatakan tujuan hidupnya kini adalah 'untuk tetap hidup'.
Di bagian lainnya di kota itu, sebuah gedung pemerintah yang terbuat dari batu bata abu-abu dan memiliki lambang negara Ukraina tampak hangus dan kosong. Bagian lantai atas gedung itu kehilangan jendela-jendelanya.
Mobil-mobil yang hangus terbakar tampak berserakan di jalanan. Puing-puing dua kendaraan patroli kepolisian juga terlihat di jalanan, dengan salah satunya dalam kondisi terbalik dan kaca bagian depan dipenuhi lubang bekas peluru.
Kemudian jendela berpanel kaca pada sebuah pusat perbelanjaan setempat terlihat pecah. Sementara kubah emas sebuah gereja Ortodoks terlihat berulang dengan atap di bawahnya hanya tersisa kerangka logam.
Meski dipenuhi kehancuran, sejumlah tanda-tanda identitas kota Lysychansk masih tetap ada. Salah satunya setumpuk kecil paspor Ukraina yang basah kuyup di dalam kantor kejaksaan setempat yang gedungnya tidak lagi memiliki atap yang kokoh. Sebuah bendera Ukraina tampak ditinggalkan di jalanan tidak jauh dari sebuah van yang ringsek.