Joe Biden Berencana Bicara dengan Xi Jinping, Bahas Apa?

Joe Biden Berencana Bicara dengan Xi Jinping, Bahas Apa?

Rita Uli Hutapea - detikNews
Rabu, 22 Jun 2022 11:46 WIB
FILE - President Joe Biden listens as he meets virtually with Chinese President Xi Jinping from the Roosevelt Room of the White House in Washington,Nov. 15, 2021. The Biden administration announced on Thursday that it is levying new sanctions against several Chinese biotech and surveillance companies operating out of Xinjiang province, casting another shot at Beijing over human rights abuses against Uyghurs in western China. (AP Photo/Susan Walsh, File)
Presiden AS Joe Biden (Foto: AP Photo/Susan Walsh, File)
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan dirinya berencana untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping. Ini akan dilakukan seiring Biden tengah mempertimbangkan untuk mencabut tarif bea masuk untuk sejumlah produk China sebagai upaya untuk menekan laju inflasi AS yang melambung.

"Saya berencana untuk berbicara dengan Presiden Xi. Kami belum menentukan waktunya," kata Biden kepada wartawan seperti dilansir dari kantor berita AFP, Rabu (22/6/2022).

Biden mengatakan bahwa panggilan telepon itu bisa dilakukan "segera."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembicaraan terakhir antara kedua pemimpin tersebut adalah pada 18 Maret, ketika Biden memperingatkan Xi agar tidak membantu Rusia dalam invasinya ke Ukraina.

Diketahui bahwa tarif yang dikenakan di bawah mantan presiden AS Donald Trump memberlakukan bea masuk 25 persen pada impor produk China senilai miliaran dolar.

ADVERTISEMENT

Sanksi itu ditujukan untuk menghukum apa yang dikatakan Amerika Serikat sebagai praktik perdagangan tidak adil oleh China dan melindungi produsen AS.

Langkah itu populer secara politis. Namun, dengan inflasi berada pada level tertinggi selama 40 tahun di Amerika Serikat, Biden berusaha keras untuk menemukan cara untuk mengurangi tekanan harga, dan dia mengatakan bahwa pencabutan beberapa tarif sedang dipertimbangkan.

Menteri Keuangan Janet Yellen termasuk di antara pejabat yang mengatakan bahwa relaksasi tarif dapat membantu meredakan inflasi.

Simak juga 'China Siap Perang Jika Ada yang Berani Pisahkan Taiwan':

[Gambas:Video 20detik]



Pencabutan tarif akan menjadi titik balik kedua negara yang berseteru dalam perang dagang pada periode 2018-2020. Pada periode tersebut, baik China dan AS saling menaikkan tarif bea impor terhadap ratusan produk yang ikut menggoyang perdagangan global.

Dua tahun setelah perang dagang berakhir, dunia kini berubah drastis karena pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina. Kedua faktor tersebut telah melambungkan harga komoditas pangan dan energi sehingga inflasi melonjak tinggi.

Dilansir dari CNN, sejumlah produk yang kemungkinan tarifnya dihapus adalah kebutuhan rumah tangga atau kebutuhan lain seperti sepeda. Tarif sejumlah produk strategis seperti baja dan aluminium akan tetap dipertahankan. Langkah tersebut dilakukan untuk melindungi pekerja dan industri domestik.

Penghapusan nilai tarif tersebut diperkirakan akan menghilangkan penerimaan ratusan miliar dolar AS.

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads