Nyinyiran Amerika Serikat saat China Pamer Kemesraan dengan Rusia

Nyinyiran Amerika Serikat saat China Pamer Kemesraan dengan Rusia

Haris Fadhil - detikNews
Kamis, 16 Jun 2022 23:05 WIB
FILE - Chinese President Xi Jinping, right, and Russian President Vladimir Putin talk to each other during their meeting in Beijing, China on Feb. 4, 2022. Three weeks ago, on the eve of the Beijing Winter Olympics, the leaders of China and Russia declared that the friendship between their countries
Putin dan Xi Jinping (Foto: Alexei Druzhinin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP, File)
Beijing -

China menegaskan dukungannya terhadap Rusia di tengah invasi ke Ukraina. Amerika Serikat (AS), yang menentang invasi Rusia ke Ukraina, menyindir kemesraan China dan Rusia itu.

Kemesraan China dan Rusia itu diawali dari peresmian jembatan yang menghubungkan kedua negara. Dilansir AFP, Jumat (10/6/2022), jembatan sepanjang satu kilometer itu membentang di atas Sungai Amur dan menghubungkan kota Blagoveshchensk di wilayah timur jauh Rusia dengan wilayah Heihe di China bagian utara.

Pembangunan jembatan itu sudah diselesaikan sejak dua tahun lalu, namun peresmiannya tertunda akibat pandemi virus Corona (COVID-19). Peresmian jembatan di Blagoveshchensk pada Jumat (10/6) waktu setempat itu ditandai dengan dimulainya lalu lintas barang. Truk-truk yang pertama melintas disambut kembang api.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembangunan jembatan yang terdidi dari dua jalur itu menelan biaya hingga 19 miliar Rubel (Rp 4,7 triliun). Rusia dan China telah meningkatkan kerja sama politik dan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir. Kerja sama itu didorong oleh keinginan yang sama dari kedua negara untuk mengimbangi apa yang mereka pandang sebagai dominasi AS.

Perdagangan antara Rusia dan China yang berbagi perbatasan sepanjang 4.250 kilometer, juga telah berkembang sejak normalisasi hubungan kedua negara pada akhir tahun 1980-an silam. Namun, hubungan perdagangan itu selalu dihadapkan pada kurangnya infrastruktur transportasi di kawasan tersebut.

ADVERTISEMENT

Dukungan Xi Jinping untuk Putin

Dilansir dari AFP, Kamis (16/6/2022), media China, CCTV, melaporkan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara lewat panggilan telepon pada Rabu (15/6) waktu setempat. Dalam panggilan telepon dengan Putin itu, Xi Jinping mengatakan China 'bersedia untuk terus menawarkan dukungan timbal balik (kepada Rusia) pada isu-isu mengenai kepentingan inti dan keprihatinan utama seperti kedaulatan dan keamanan'.

China selama ini telah menolak untuk mengutuk serangan militer besar-besaran Moskow di Ukraina. China juga dituduh memberikan perlindungan diplomatik untuk Rusia dengan mengecam sanksi-sanksi Barat dan penjualan senjata ke Ukraina.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Itu adalah panggilan telepon kedua yang dilaporkan antara kedua pemimpin tersebut sejak Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari. Menurut CCTV, Xi memuji 'momentum pembangunan yang baik' dalam hubungan bilateral sejak awal tahun 'dalam menghadapi gejolak dan perubahan global'.

Xi mengatakan Beijing bersedia 'mengintensifkan koordinasi strategis antara kedua negara'. Sementara itu, Rusia mengatakan kedua pemimpin telah sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dalam menghadapi sanksi-sanksi Barat yang 'melanggar hukum'.

"Disepakati untuk memperluas kerja sama di bidang energi, keuangan, industri, transportasi, dan bidang lainnya, dengan mempertimbangkan situasi ekonomi global yang semakin rumit karena kebijakan sanksi yang tidak sah dari Barat," kata Kremlin setelah panggilan telepon tersebut.

AS Sindir Kemesraan China dan Rusia

AS menyindir China yang selama ini mengklaim sebagai negara netral dalam konflik Rusia vs Ukraina. Namun menurut AS, China ternyata masih berhubungan dekat dengan Rusia.

"China mengklaim netral, tetapi perilakunya memperjelas bahwa mereka masih berinvestasi dalam hubungan dekat dengan Rusia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

Juru bicara Deplu AS tersebut mengatakan Washington 'memantau aktivitas China dengan cermat termasuk bagaimana hampir empat bulan setelah perang Rusia di Ukraina, raksasa Asia itu masih menggemakan propaganda Rusia di seluruh dunia dan menganggap kekejaman Moskow di Ukraina "direkayasa'.

"Negara-negara yang berpihak pada Vladimir Putin pasti akan menemukan diri mereka berada di sisi sejarah yang salah," ujarnya.

Diketahui, Beijing merupakan mitra dagang terbesar Moskow dengan volume perdagangan 2021 mencapai USD 147 miliar.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads