Korea Utara merogoh kocek triliunan rupiah demi program nuklirnya. Dana sebesar US$ 642 juta atau sekitar Rp 9,4 triliun itu dilaporkan dihabiskan pemerintahan Kim Jong-Un untuk program nuklirnya di sepanjang tahun 2021 lalu.
Dilansir dari Reuters, Rabu (15/6/2022), hal itu tertuang dalam laporan soal pengeluaran senjata nuklir global yang dirilis Selasa (14/7) waktu setempat, oleh para aktivis anti-nuklir yang tergabung dalam Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICAN), yang berbasis di Jenewa, Swiss.
Kendati demikian, tidak ada data terkonfirmasi soal pengeluaran nuklir Korea Utara, maupun soal ukuran persenjataan nuklirnya. Sebagai informasi, sejak tahun 2016, Korea Utara telah menggelar setidaknya enam uji coba nuklir, dan tampaknya bersiap melanjutkan uji coba nuklir untuk pertama kalinya sejak tahun 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan ICAN itu menyatakan perkiraan didasarkan pada asumsi bahwa Korea Utara terus menghabiskan sepertiga dari pendapatan nasional bruto untuk militer dan sekitar 6 persen anggaran militer itu dialokasikan untuk senjata nuklir.
Perkiraan itu menempatkan Korea Utara sebagai negara pembelanja terendah dari sembilan negara yang memiliki senjata nuklir yang dibahas dalam laporan ICAN. Total perkiraan Korea Utara itu mencapai separuh dari negara pembelanja terendah lainnya, Pakistan.
Amerika Serikat (AS), yang memimpin kampanye internasional untuk menjatuhkan sanksi pada Korea Utara terkait pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik, telah mengkritik Pyongyang karena menghabiskan jutaan dolar untuk militer sementara negaranya menghadapi kekurangan pangan dan persoalan ekonomi lainnya.
Korea Utara menyatakan pihaknya memiliki hak yang berdaulat untuk mengembangkan senjata nuklir bagi pertahanan diri. Ditegaskan juga oleh Korea Utara bahwa senjata nuklir diperlukan untuk melindungi negara dari ancaman internasional.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.