Ukraina Gigit Jari Ditolak Biden Padahal Terus Dipepet Rusia

Ukraina Gigit Jari Ditolak Biden Padahal Terus Dipepet Rusia

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 31 Mei 2022 23:05 WIB
President Joe Biden speaks about the mass shooting at Robb Elementary School in Uvalde, Texas, from the White House, in Washington, Tuesday, May 24, 2022, as first lady Jill Biden listens. (AP Photo/Manuel Balce Ceneta)
Joe Biden (Foto: AP Photo/Manuel Balce Ceneta)
Moskow -

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menolak untuk mengirimkan sistem roket ke Ukraina. Permintaan itu ditolak Biden di tengah kondisi Ukraina yang makin dipepet Rusia.

Biden menyatakan dirinya tidak akan mengirimkan sistem roket yang bisa mengenai target-target di dalam wilayah Rusia ke Ukraina. Penolakan Biden itu disampaikan setelah ada permintaan mendesak dari Kiev untuk senjata jarak jauh dalam menghadapi invasi Rusia.

"Kita tidak akan mengirimkan kepada Ukraina, sistem roket yang bisa menyerang Rusia," ujar Biden di Washington DC seperti dilansir AFP, Selasa (31/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ukraina yang pro-Barat telah menerima banyak bantuan militer AS sejak Rusia melancarkan invasi militer pada akhir Februari lalu. Namun, otoritas Kiev menyatakan pasukannya membutuhkan roket jarak jauh yang setara dengan apa yang digunakan pasukan Moskow.

AS sendiri telah mengumumkan paket bantuan tambahan senilai USD 40 miliar untuk Ukraina. Ukraina diketahui meminta AS mengirim baterai mobile bagi roket jarak jauh, jenis M270 MLRS dan M142 Himars, yang bisa meluncurkan banyak roket pada waktu bersamaan dengan jangkauan hingga 300 kilometer -- delapan kali lipat lebih jauh dari jangkauan artileri di lapangan.

ADVERTISEMENT

Sistem roket semacam itu akan membuat pasukan Ukraina semakin menyerang dengan presisi tinggi. Target-target yang ada jauh di belakang garis pertahanan Rusia, juga bisa dijangkau. Namun, belum jelas apakah itu menjadi niat Kiev.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina Dmytro Kuleba menyebut MLRS 'benar-benar menjadi senjata yang sangat kami butuhkan' dalam Forum Ekonomi Dunia di Swiss pekan lalu. Dalam forum itu, Kuleba mendorong sekutu-sekutu Barat untuk mengirimkan persenjataan berat.

Mykhailo Podolyak, yang merupakan penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, juga menyerukan seruan senada via Twitter.

"Sulit untuk melawan ketika Anda diserang dari jarak 70 kilometer dan tidak memiliki apapun untuk melawan," sebutnya.

Menanggapi Biden, Senator Republikan Lindsey Graham menilai 'keputusan untuk tidak mengirimkan persenjataan ini merupakan pengkhianatan terhadap Ukraina dan demokrasi itu sendiri'.

"Tampaknya, sekali lagi pemerintahan Biden terintimidasi oleh retorika Rusia," sindir Graham via Twitter.

Dalam pernyataan terpisah, seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya menyebut bahwa pengiriman sistem roket MLRS masih dalam pertimbangan, namun tanpa kemampuan serangan jarak jauh.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Rusia Anggap Keputusan Biden Masuk Akal

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, buka suara soal keputusan Biden untuk tidak memasok sistem roket Ukraina yang mampu mencapai Rusia. Dia menganggap keputusan itu masuk akal.

"Biden telah mengatakan Amerika Serikat tidak akan mengirim sistem roket Ukraina yang dapat mencapai Rusia. Itu masuk akal," kata Medvedev di saluran Telegramnya seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS, Selasa (31/5/2022).

"Jika tidak, jika terjadi serangan terhadap kota-kota kami, angkatan bersenjata Rusia akan bertindak berdasarkan peringatan untuk menyerang pusat-pusat di mana keputusan kriminal semacam itu dibuat. Beberapa dari mereka tentu saja tidak berada di Kiev. Tidak diperlukan penjelasan," sambung Medvedev.

Ukraina Tak Akan Menang Tanpa Senjata AS

Dilansir CNN, Selasa (31/5/2022), pejabat senior Ukraina yang juga penasihat kepresidenan, Alexey Arestovych, menyebut persenjataan seperti roket dari AS 'penting untuk nasib Ukraina dan kemerdekaannya'. Dia menyebut kemenangan militer melawan Rusia 'tidak mungkin' didapatkan Ukraina jika AS tidak mengirimkan pasokan sistem roket jarak jauh yang diminta Kiev.

Arestovych menyatakan sejumlah kecil sistem roket jarak jauh -- sedikitnya 20 unit -- akan menjadi 'game changer' dalam pertempuran dengan Rusia. Dia menyebut sistem persenjataan akan membuat pasukan Ukraina bisa mempertahankan diri dari serangan jarak jauh Rusia.

"Tanpa MLRS, kami mungkin bisa menstabilkan garis depan. Tapi kami akan melihat hilangnya Kherson, Luhansk, Donetsk dan sebagian wilayah Zaporizhzhia," ucapnya.

Negara-negara Barat sendiri khawatir mempersenjatai Ukraina dengan roket jarak jauh akan memberikan kemampuan pada pasukan Ukraina menyerang, dengan presisi tinggi, target-target yang ada jauh di belakang garis pertahanan Rusia. Serangan terhadap target di dalam wilayah Rusia diyakini semakin meningkatkan konflik.

Mengakui kekhawatiran itu, Arestovych menegaskan kepada CNN bahwa Ukraina hanya akan menggunakan persenjataan semacam itu untuk mempertahankan wilayahnya, bukan untuk menyerang Rusia.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads