Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengusulkan RUU yang mengatur larangan kepemilikan senjata api. Usulan ini disampaikan menyusul penembakan massal yang baru-baru ini terjadi di negara tetangga Amerika Serikat.
Dilansir AFP, Selasa (31/5/2022), RUU itu masih harus disahkan oleh Parlemen. Diketahui Partai Liberal yang berkuasa di pemerintah hanya memegang sebagian kecil kursi di parlemen.
"Kami memperkenalkan undang-undang untuk menerapkan pembekuan nasional kepemilikan senjata api," kata Trudeau dalam konferensi pers.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya, tidak mungkin lagi membeli, menjual, mentransfer, atau mengimpor pistol di mana pun di Kanada. Dengan kata lain, kami membatasi pasar untuk pistol," imbuhnya.
Beberapa hari setelah penembakan massal terburuk di Kanada yang menewaskan 23 orang di pedesaan Nova Scotia pada April 2020 lalu, pemerintah melarang 1.500 jenis senjata api tingkat militer atau gaya serbu. Tetapi Trudeau mengakui pada jumpa pers hari Senin itu, bahwa kekerasan senjata terus meningkat.
Badan statistik pemerintah melaporkan pekan lalu bahwa kejahatan kekerasan terkait senjata api menyumbang kurang dari tiga persen dari semua kejahatan kekerasan di Kanada.
Tetapi sejak tahun 2009, tingkat per kapita senjata yang diarahkan ke seseorang hampir tiga kali lipat. Sedangkan tingkat di mana senjata ditembakkan dengan maksud untuk membunuh atau melukai naik lima kali lipat.
Hampir dua pertiga dari kejahatan senjata di daerah perkotaan melibatkan senjata api.
Polisi sering menduga penyelundupan dari Amerika Serikat - yang terguncang dari penembakan baru-baru ini di sebuah sekolah di Texas dan di supermarket di negara bagian New York - sebagai sumber utama senjata api.
Menteri Keamanan Publik Marco Mendicino memperkirakan ada sekitar satu juta pistol di negara ini -- naik secara signifikan dari satu dekade lalu.
Simak berita selengkapnya pada halaman berikut.