Amerika Serikat dan sekutu gencar mengirimkan persenjataan militer, khususnya artileri, ke Ukraina. Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin menyebut langkah itu bertujuan untuk melemahkan kekuatan Rusia, tidak hanya di medan perang tetapi juga dalam jangka panjang.
Dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (26/4/2022), Amerika Serikat, Prancis, Republik Ceko dan sekutu lainnya tengah mengirimkan sejumlah artileri howitzer jarak jauh untuk membantu Ukraina menghadapi serangan Rusia yang meningkat di wilayah Donbas, Ukraina timur.
Didukung oleh pertahanan udara yang lebih baik, serangan drone dan intelijen Barat, negara-negara sekutu berharap bahwa Ukraina akan mampu menghancurkan sejumlah besar senjata Rusia dalam pertarungan yang akan datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah kembali dari kunjungan ke Kiev, Austin mengatakan kepada para wartawan di Polandia, bahwa harapan Washington lebih besar dari itu.
"Rusia telah kehilangan banyak kemampuan militer, dan banyak pasukannya, terus terang. Dan kami ingin melihat mereka tidak memiliki kemampuan untuk mereproduksi kemampuan itu dengan sangat cepat," kata Austin.
"Kami ingin melihat Rusia melemah hingga tidak dapat melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukannya dalam menginvasi Ukraina," imbuh Menhan AS itu.
Hal ini menandai pergeseran dari pendekatan awal Washington, ketika mereka hanya berharap untuk membantu mencegah Rusia merebut Kiev, ibu kota Ukraina dan penggulingan pemerintahan Presiden Volodymyr Zelensky.
Sekitar 2 bulan setelah invasi dimulai Rusia, Moskow sekarang mengendalikan sebagian besar wilayah timur dan selatan Ukraina. Menurut para pakar, Rusia tampaknya bertujuan untuk memperluas ke pusat negara itu dengan mengirimkan lebih banyak pasukan dan peralatan militer.
Rencana Rusia, menurut para ahli, adalah menggunakan gempuran jarak jauh untuk mengusir sebagian besar pasukan Ukraina dan baru kemudian mengirim pasukan darat dan tank untuk mengamankan darat.
Pakar artileri AS, Mike Jacobson mengatakan, pilihan terbaik Ukraina adalah melawan balik dengan artileri superior -- yang didukung oleh perlindungan dari serangan udara -- untuk menghancurkan senjata Rusia.
"Saya percaya artileri superior akan mengurangi kemampuan Rusia untuk mempertahankan pertarungan ini," kata Jacobson kepada AFP.
Phillips O'Brien, profesor studi strategis Universitas St. Andrews yang memposting analisis harian perang Rusia-Ukraina di Twitter, menulis bahwa pertarungan artileri yang akan datang akan menyerupai Perang Dunia I, di mana masing-masing pihak berusaha melemahkan pihak lain dengan gempuran yang melelahkan.
"Tentara Rusia saat ini jauh lebih kecil jumlahnya dan menderita kerugian peralatan yang besar. Tentara Ukraina lebih kecil, tetapi persenjataannya akan jauh lebih baik," katanya. Menurutnya, Rusia harus mengubah dinamika tersebut jika tidak ingin kalah dalam perang ini.