Otoritas Malaysia telah menemukan penyebab 'gangguan teknis' yang memaksa penerbangan maskapai Malaysia Airlines tujuan Tawau untuk kembali ke Kuala Lumpur pada 3 April lalu. Pesawat jenis Boeing 737-800 itu sebelumnya dilaporkan tiba-tiba menukik tajam ribuan kaki sekitar 30 menit setelah lepas landas.
Seperti dilansir Free Malaysia Today, Rabu (13/4/2022), CEO Otoritas Penerbangan Sipil Malaysia (CAAM) Chester Voo mengungkapkan bahwa berdasarkan analisis awal pada perekam data penerbangan (FDR), telah ditetapkan jika gangguan teknis dalam penerbangan 3 April lalu terjadi akibat malfungsi sistem pitot-statis.
Sistem pitot-statis merupakan sebuah set instrumen yang sensitif terhadap tekanan yang digunakan untuk menentukan kecepatan dan ketinggian pesawat di udara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataannya, Voo menyebut Boeing 737-800 yang mengalami insiden itu telah di-grounded hingga pemberitahuan lebih lanjut. Disebutkan juga bahwa pihak Boeing tengah melakukan analisis teknis.
Selain menginstruksikan Malaysia Airlines untuk melakukan pengkajian bersama CAAM soal laporan keandalan yang fokus pada masalah serupa untuk armada Boeing 737-800, CAAM juga meminta pihak maskapai menuntaskan inspeksi pitot-statis terhadap seluruh pesawat jenis Boeing 737-800 miliknya.
Lebih lanjut, Voo menjelaskan bahwa malfungsi sistem yang melanda pesawat dengan nomor penerbangan MH2664 itu menghasilkan indikasi kecepatan palsu yang membuat pesawat dalam posisi naik dan menonaktifkan autopilot.
"Dalam merespons ini, reaksi langsung dan tepat dari pilot adalah mengambil alih kendali positif atas pesawat," sebut Voo.
"Ini penting untuk memastikan pesawat tetap di bawah kendali pilot, berdasarkan indikasi akurat yang tersisa dengan menggunakan instrumen yang tersisa," imbuhnya.
Simak juga 'Jenazah Korban Pesawat Boeing 737-800 China Eastern Ditemukan!':
"Selama manuver ini, data keselamatan menunjukkan masukan (input) mendadak dari pilot dalam upaya mengambil alih kendali," ujarnya.
"Namun, manuver ini memicu perubahan pitch dan ketinggian yang bersesuaian dengan laporan pilot dan pengalaman penumpang di pesawat," jelas Voo.
Dia menambahkan bahwa manuver korektif ini diperparah oleh cuaca buruk yang membuat penumpang tidak nyaman di dalam kabin pesawat.
Voo juga menyebut tindakan awal diambil oleh awak penerbangan, dan pelaksanaan checklist pemulihan abnormal sesuai prosedur operasional standar, sudah cukup berdasarkan investigasi CAAM dalam laporan awal dan analisis FDR.
Dia menyatakan bahwa program Upset Prevention dan Recovery Training (UPRT) pada Malaysia Airlines akan ditingkatkan untuk menekankan reaksi awal dan waktu yang dibutuhkan untuk menanggapi masalah. CAAM akan menjadikan hal ini wajib untuk semua operator pesawat komersial.
Terkait insiden 3 April itu, tiga penumpang dilaporkan telah mengajukan laporan ke polisi setempat untuk meminta penyelidikan yang detail terhadap insiden itu.