Pemimpin oposisi Pakistan, Shehbaz Sharif, akan ditetapkan menjadi Perdana Menteri (PM) yang baru setelah Imran Khan digulingkan lewat mosi tidak percaya. Namun, Pakistan masih berpotensi menghadapi krisis politik hingga berbulan-bulan ke depan, dengan Khan bersumpah akan memicu gangguan dari sayap.
Seperti dilansir AFP, Senin (11/4/2022), Khan diberhentikan dari jabatannya sebagai PM Pakistan setelah kalah dalam voting mosi tidak percaya di parlemen pada Minggu (10/4) waktu setempat, yang membuka jalan bagi aliansi oposisi untuk berkuasa namun akan menghadapi masalah yang sama.
Sharif yang memimpin Liga Muslim Pakistan N (PML-N) yang berhaluan tengah, dipastikan akan terpilih menjadi PM baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apakah anggota parlemen dari Tehreek-e-Insaf (PTI) yang menaungi Khan akan terlibat dalam voting PM baru, dengan komisi partai merekomendasikan mereka mundur secara massal untuk memprotes apa yang mereka sebut sebagai 'perubahan rezim' oleh Amerika Serikat (AS).
Tugas pertama Sharif adalah membentuk kabinet yang juga akan banyak mengambil dari Partai Rakyat Pakistan (PPP) dan memberikan ruang untuk kelompok konservatif Jamiat-ulema-e-Islam-F (JUI-F) yang lebih kecil.
PPP dan PML-N merupakan partai dinasti yang mendominasi politik Pakistan selama bertahun-tahun -- seringkali sebagai saingan sengit -- namun hubungan mereka diyakini akan berantakan menjelang pemilu mendatang, yang akan digelar Oktober 2023.
Kabinet yang baru nantinya perlu mengatasi inflasi yang melonjak, mata uang Rupee Pakistan yang melemah dan utang yang melumpuhkan, sementara militansi juga meningkat -- dengan Taliban Pakistan terdorong oleh kembali berkuasanya Taliban Afghanistan.
Lihat juga video 'Imran Khan Digulingkan dari Kursi Perdana Menteri Pakistan':
Sharif yang berusia 70 tahun merupakan adik laki-laki dari mantan PM Nawaz Sharif yang menjabat selama tiga periode. Media-media Pakistan berspekulasi Nawaz akan kembali segera dari pengasingannya di Inggris.
Nawaz dilengserkan dari jabatannya tahun 2017 dan dipenjara selama 10 tahun atas dakwaan gratifikasi usai dibongkarnya Panama Papers, namun kemudian mencari perawatan medis di luar negeri.
Sharif sendiri sempat terseret kasus gratifikasi, dengan tahun 2019 lalu, Biro Akuntabilitas Nasional menyita nyaris dua lusin properti miliknya dan anak laki-lakinya, Hamza, atas tuduhan pencucian uang. Dia ditahan pada September 2020, namun dibebaskan enam bulan kemudian dengan membayar jaminan dan sidangnya masih tertunda.
Sebagai politikus berpengalaman, Sharif bersama-sama saudaranya mewarisi bisnis baja keluarga sebagai pria muda dan terpilih menjadi pejabat provinsi tahun 1988 silam. Dia dikenal sebagai pejabat yang tangguh dan ditakuti karena sering melakukan 'kunjungan mendadak' ke lembaga-lembaga pemerintahan.