Korea Selatan (Korsel) melaporkan lebih dari 621.000 kasus virus Corona (COVID-19) dalam sehari di wilayahnya. Lonjakan ini tercatat saat pemerintah Korsel mengambil pendekatan anti-pandemi yang agresif yang akan menghentikan pembatasan Corona di negara ini.
Seperti dilansir Reuters dan kantor berita Yonhap, Kamis (17/3/2022), Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan 621.328 kasus Corona dalam 24 jam terakhir. Angka itu mencakup 62 kasus dari luar negeri.
Tambahan lebih dari 621.000 kasus Corona dalam sehari menandai lonjakan 55 persen. Korsel terus melaporkan lonjakan kasus Corona sejak melaporkan tambahan kasus yang mencapai lima digit angka pada akhir Januari lalu. Sejak saat itu angkanya terus naik dan menembus 300.000 kasus pada 9 Maret.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan KDCA bahwa varian Omicron yang sangat menular telah memicu gelombang rekor infeksi di Korsel.
KDCA juga melaporkan 429 kematian akibat Corona dalam sehari. Angka mencetak rekor kematian tertinggi dalam sehari untuk Korsel, yang memiliki tingkat kematian 0,14 persen.
Dengan tambahan-tambahan itu, maka total kasus Corona di Korsel saat ini mencapai 8.250.592 kasus dengan 11.481 kematian.
Sementara jumlah pasien Corona yang sakit kritis, yang dipandang sebagai indikator penting dalam respons pandemi, dilaporkan mengalami penurunan, yakni dari 1.244 pasien menjadi 1.159 pasien.
Simak juga video 'Apakah Indonesia Perlu Khawatir dengan Temuan Varian Deltacron?:
Meskipun angka penularan terus naik, pemerintah Korsel tidak menunjukkan tanda-tanda memikirkan ulang rencana untuk mencabut seluruh pembatasan social distancing dalam beberapa hari atau pekan ke depan. Opini publik bahkan tampaknya mendukung langkah pemerintah.
Dalam rencananya, pemerintah Korsel memundurkan jam malam untuk restoran atau tempat makan menjadi pukul 23.00 waktu setempat, menghentikan pemberlakuan izin vaksinasi untuk memasuki tempat-tempat tertentu dan menghilangkan aturan karantina untuk pelancong dari luar negeri yang sudah divaksinasi.
Keputusan untuk melonggarkan pembatasan lainnya, seperti pembatasan enam orang dalam pertemuan privat, diperkirakan berlaku mulai Jumat (18/3) besok. Otoritas Korsel masih mewajibkan pemakaian masker di dalam maupun luar ruangan.
Meskipun tidak pernah mengadopsi kebijakan nol-COVID yang ketat dan tidak pernah menerapkan lockdown, Korsel menerapkan pelacakan kontak secara agresif dan karantina ketat untuk mengendalikan kasus Corona.
Para pakar setempat menambahkan bahwa Korsel juga berhasil menghindari krisis pandemi parah, membatasi kematian dan kasus serius sebagian besar melalui vaksinasi secara luas. Menurut KDCA, nyaris 63 persen penduduk Korsel telah menerima dosis booster, dengan 86,6 persen populasi telah divaksinasi sepenuhnya.