Utusan diplomatik Rusia menyerukan agar Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menggelar voting untuk resolusi yang disusunnya sendiri soal 'situasi kemanusiaan yang memburuk' di Ukraina, setelah pasukan militer Rusia melancarkan serangan-serangan mematikan.
Seperti dilansir AFP, Rabu (16/3/2022), Duta Besar (Dubes) Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengakui dirinya menyesalkan sikap Prancis dan Meksiko yang tidak mengajukan draf resolusi soal bantuan kemanusiaan ke forum DK PBB.
Nebenzia menyatakan Rusia akan mengajukan resolusi yang disusunnya sendiri untuk divoting oleh DK PBB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan mengajukan draf kami sendiri yang membahas kemanusiaan," ucap Nebenzia.
Wakil Dubes Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy awalnya menuturkan kepada AFP bahwa Rusia meminta digelarnya voting pada Rabu (16/3) waktu setempat, namun seorang diplomat Barat kemudian mengatakan voting diundur hingga Kamis (17/3) mendatang setelah Rusia meminta lebih banyak waktu untuk negosiasi'.
Dalam pernyataannya, Nebenzia menekankan bahwa sejak Presiden Prancis Emmanuel Macron meluncurkan prospek resolusi DK PBB, Rusia telah mengatakan siap untuk mengadopsinya, asalkan tidak mengandung bahasa 'politik'.
Prancis dan Meksiko, dengan tekanan signifikan dari Inggris dan Amerika Serikat (AS), berencana meminta 'penghentian permusuhan' dalam resolusinya -- namun kata-kata itu tampaknya akan memicu veto Rusia.
Simak Video 'Zelenskiy: Rusia Telah Membunuh 97 Anak Ukraina':
Sementara draf resolusi dari Rusia isinya menyampaikan 'keprihatinan serius terhadap situasi kemanusiaan yang memburuk di dalam dan sekitar Ukraina' dan menyebut adanya 'laporan korban sipil, termasuk anak-anak'.
Draf resolusi yang disusun Rusia itu 'menuntut agar warga sipil, termasuk personel kemanusiaan dan orang-orang dalam situasi rentan, termasuk wanita dan anak-anak, dilindungi sepenuhnya'.
Draf resolusi Rusia itu -- yang mengambil sejumlah gagasan yang dikembangkan Prancis dan Meksiko dalam draf resolusi mereka -- kemungkinan akan mendapatkan sembilan dari 15 suara yang diperlukan untuk bisa diadopsi, kecuali ada satu negara anggota permanen DK PBB yang memvetonya.
Inggris, China, Prancis, Rusia dan AS diketahui merupakan lima negara anggota permanen DK PBB yang memiliki hak veto.
Prancis dan Meksiko diketahui lebih memilih untuk mengajukan draf resolusi mereka ke Majelis Umum PBB, di mana Rusia tidak memiliki hak veto. Belum ada tanggal yang ditetapkan untuk voting resolusi Prancis dan Meksiko di Majelis Umum PBB.
Awal bulan ini, Majelis Umum PBB meloloskan resolusi yang mengecam Rusia untuk invasinya ke Ukraina sejak 24 Februari lalu, dalam voting dengan hasil 141 suara mendukung, lima suara menolak dan 35 suara lainnya abstain.