Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan pesan khusus untuk ibunda para tentara Rusia. Zelensky menyerukan agar para ibu di Rusia mencegah anak-anak mereka dikirimkan ke perang di Ukraina.
"Saya ingin mengatakan ini sekali lagi kepada ibu-ibu Rusia, terutama para ibu dari tentara wajib militer (wamil). Jangan kirimkan anak-anak Anda berperang di negara asing," ucap Zelensky dalam pesan video yang dirilis via Telegram, seperti dilansir AFP, Sabtu (12/3/2022).
"Periksa di mana putra Anda berada. Dan jika Anda memiliki sedikit pun kecurigaan bahwa anak Anda bisa dikirim ke perang melawan Ukraina, bertindaklah segera (mencegahnya terbunuh atau tertangkap)," cetusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ukraina tidak pernah menginginkan perang yang mengerikan ini. Dan Ukraina tidak menginginkan ini. Tapi Ukraina akan mempertahankan diri selama diperlukan," imbuh Zelensky.
Pada Rabu (9/3) lalu, Rusia untuk pertama kalinya mengakui kehadiran tentara wamil di Ukraina dan mengumumkan bahwa beberapa dari mereka telah ditahan. Pengakuan itu mementahkan klaim Rusia sebelumnya yang menyebut hanya tentara profesional yang bertempur di Ukraina.
Pengumuman itu disampaikan ketika postingan dari para ibu di Rusia yang tidak mendapatkan kabar soal putra-putra mereka yang dikirimkan ke Ukraina banyak bermunculan di media sosial.
Pekan lalu, otoritas Ukraina mengundang para ibunda tentara Rusia yang ditangkap di wilayahnya untuk datang dan menjemput anak-anak mereka.
Simak Video: Presiden Ukraina Tuduh Rusia Culik Wali Kota Melitopol!
Kementerian Pertahanan Ukraina bahkan merilis nomor telepon dan email khusus agar para ibunda tentara Rusia bisa mendapatkan informasi soal anak-anak mereka yang dikirim ke Ukraina. Otoritas Ukraina mengklaim telah menahan puluhan tentara Rusia sejak awal invasi pada 24 Februari lalu.
Situasi serupa terjadi saat konflik antara Rusia dan separatis Chechen tahun 1990-an hingga 2000-an lalu. Saat itu, banyak tentara wamil Rusia yang masih muda dikirimkan ke garis depan dan beberapa ditahan.
Dalam gerakan yang memicu protes antiperang di Rusia pada saat itu, para wanita mengambil tindakan untuk berusaha dan memulangkan putra-putra mereka dalam keadaan hidup atau memulangkan jenazah anak-anak mereka -- bahkan dengan pergi ke Chechnya langsung.