Tak hanya negara-negara lawan saja yang mengecam, negara-negara kawan Rusia juga mengecam Presiden Vladimir Putin. Penyerangan Rusia ke Ukraina harus dihentikan!
Rusia adalah negara terbesar dari pecahan Uni Soviet. Negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya cenderung menjadi sahabat Rusia, Ukraina adalah pengecualian. Di luar Eropa Timur, ada pula negara-negara Eropa Tengah yang selama ini dikenal pro-Rusia. Namun kali ini setelah Rusia menyerang Ukraina, aliansi Rusia tidak semua sama sikap.
Dilansir kantor berita Associated Press, Jumat (25/2/2022) dua negara paling pro-Rusia di Uni Eropa, Ceko dan Hungaria bahkan mengecam Rusia habis-habisan atas tindakan paling agresifnya sejak invasinya ke Afghanistan tahun 1979 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari pihak lawan, jelas Amerika Serikat (AS) dan negara-negara NATO mengecam aksi militer Rusia. Sanksi ekonomi dijatuhkan dari NATO ke Rusia.
Dilansir Deutsche Welle (DW), Jumat (25/2), Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Putin bermuka dua. Soalnya, Macron yang sebelumnya sudah berbicara langsung ke Putin seperti mudah berubah sikap saat ini.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Uni Eropa berjanji menjatuhkan sanksi untuk sektor bisnis Rusia.
"Dia berbicara tentang de-Nazifikasi Ukraina, tapi dia berperilaku seperti Nazi. Jadi ini semua ada di kepalanya," kata juru bicara Uni Eropa, Peter Stano, kepada wartawan di Brussels, dilansir AFP.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan solidaritas untuk Ukraina. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga mendukung Ukraina sembari menyebut Putin sebagai diktator.
Ternyata, kecaman juga datang dari negara-negara yang selama ini dekat dengan Rusia. Simak halaman selanjutnya:
Saksikan juga: PNS Ganteng Melawan Stigma Negatif Masyarakat
Republik Ceko
Presiden Ceko Milos Zeman menyebut invasi yang dimulai Kamis (24/2) lalu sebagai tindakan agresi yang tidak beralasan. Putin sendiri tentu saja bukan menyebut aksi itu sebagai agresi, tapi sebagai 'operasi militer' melawan neo-Nazi dan retorika absurd semacamnya.
"Rusia telah melakukan kejahatan terhadap perdamaian," kata Milos Zeman, dilansir Associated Press.
![]() |
Kecaman dari salah satu negara paling pro-Rusia ini mengagetkan. Pasalnya Zeman sempat jadi sorotan setelah menyebut pencaplokan Rusia atas Semenanjung Krimea pada 2014 lalu sebagai "ketentuan yang harus diterima".
Banyak orang di Republik itu mencerca Zeman bak 'pelayan Kremlin' setelah memihak Rusia dan meragukan temuan dinas keamanan dan intelijennya sendiri atas dugaan partisipasi mata-mata Rusia dalam ledakan amunisi besar tahun 2014.
Bahkan sampai beberapa hari yang lalu, Zeman bersikeras bahwa Rusia tidak akan menyerang Ukraina karena "mereka tidak gila untuk meluncurkan operasi yang akan lebih merusak bagi mereka daripada menguntungkan."
"Saya akui saya salah," kata Zeman, tepat setelah Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Nampanya, Zeman bukan lagi teman bagi Putin. Zeman menyebut Putin sebagai 'orang gila'. Zeman bahkan menyerukan sanksi keras terhadap Rusia, termasuk pengecualian Rusia dari sistem Swift - layanan pesan keuangan global. Sistem ini digunakan oleh ribuan lembaga keuangan di lebih dari 200 negara. Dengan dikecualikan Rusia dari Swfit, bank-bank Rusia akan sulit melakukan bisnis di luar negeri.
"Penting untuk mengisolasi 'orang gila' dan tidak hanya membela diri dengan kata-kata tetapi juga dengan perbuatan," katanya.
Selanjutnya, Hungaria:
Saksikan juga: PNS Ganteng Melawan Stigma Negatif Masyarakat
Hungaria
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban tanpa basi-basi mengkritik keras tindakan Rusia ke Ukraina. Padahal selama beberapa pekan lalu, para pejabat tinggi Hungaria menghindari mengutuk tindakan Rusia secara langsung.
Diketahui di bawah kepemimpinan Orban, Hungaria telah menjalin hubungan dekat dengan Putin, yang menjadi perhatian banyak mitra barat Hungaria. Namun pasca Putin mengumumkan invasi, Orban dengan lantang mengecam Rusia.
"Rusia menyerang Ukraina pagi ini dengan kekuatan militer," kata Orban dalam sebuah video di Facebook. "Bersama dengan Uni Eropa dan sekutu NATO kami, kami mengutuk tindakan militer Rusia."
"Posisi Hungaria jelas: kami mendukung Ukraina, kami mendukung integritas dan kedaulatan wilayah Ukraina," kata Menteri Luar Negerinya Peter Szijijarto.
Selanjutnya, Bulgaria:
Bulgaria
Bulgaria, sekutu terdekat Moskow selama Perang Dingin, turut mengecam hal serupa.
"Memiliki pembom strategis dan rudal yang terbang di Eropa pada abad ke-21, serangan melalui udara dan laut terhadap negara berdaulat, sama sekali tidak dapat diterima," kata Presiden Bulgaria Rumen Radev.
Rumania
Rumania juga berdiri kukuh menentang invasi Rusia ke Ukraina.
"Melalui invasi hari ini, Federasi Rusia adalah arsitek dari krisis keamanan terburuk sejak Perang Dunia II," kata para pemimpin koalisi yang berkuasa.
Moldova
Republik Moldova, bekas republik Soviet dan salah satu dari sedikit negara komunis Eropa Timur yang belum bergabung dengan NATO sejauh ini, menggemakan pandangan serupa. Presiden Moldova, Maia Sandu, menekankan bahwa serangan Rusia
"melanggar norma-norma internasional," menambahkan bahwa masyarakat internasional "dengan suara bulat mengutuk tindakan militer ini."
Saksikan juga: PNS Ganteng Melawan Stigma Negatif Masyarakat