Amerika Serikat (AS) akan mengirimkan ribuan tentara tambahan ke Polandia saat ketegangan dengan Rusia terkait Ukraina terus meningkat. Taliban meluapkan kemarahannya setelah Presiden AS Joe Biden menyita aset Afghanistan senilai US$ 7 miliar (Rp 100 triliun) untuk bantuan kemanusiaan.
Pengiriman sedikitnya 3.000 tentara tambahan AS itu dimaksudkan untuk memberikan jaminan keamanan terhadap sekutu-sekutu NATO di tengah kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina.
Sementara Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan memberikan reaksi kemarahan terhadap keputusan AS menyita aset Afghanistan US$ 7 miliar untuk bantuan kemanusiaan warga Afghanistan sendiri, dengan menyebutnya sebagai 'pencurian' dan menunjukkan 'kerusakan moral' AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Sabtu (12/2/2022):
- Ketegangan Memuncak, AS Kirim 3.000 Tentara Tambahan ke Polandia
Amerika Serikat (AS) mengirimkan 3.000 tentara tambahan ke Polandia saat semakin memuncaknya ketegangan terkait Ukraina. Pengiriman tentara tambahan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan keamanan terhadap sekutu-sekutu NATO di tengah kekhawatiran Rusia menginvasi Ukraina.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (12/2/2022), sebanyak 3.000 tentara AS yang berasal dari Divisi Lintas Udara ke-82, yang merupakan pasukan reaksi cepat utama dalam militer AS, telah ditempatkan dalam kondisi siaga sejak akhir Januari lalu atas permintaan Presiden Joe Biden.
Biden ingin menunjukkan dukungan untuk sekutu-sekutu AS di kawasan Eropa Timur dalam menghadapi potensi agresi militer oleh Rusia.
- Norwegia: Invasi Rusia ke Ukraina Tinggal Tunggu Perintah Putin
Dinas intelijen militer Norwegia mengungkapkan bahwa Rusia secara operasional sudah siap melancarkan operasi militer secara luas terhadap Ukraina. Menurut intelijen militer Norwegia, Kremlin hanya perlu memberikan perintah agar invasi militer yang dikhawatirkan negara-negara Barat benar-benar terjadi.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (12/2/2022), perkembangan terbaru itu diungkapkan oleh kepala dinas intelijen militer Norwegia, Laksamana Madya Nils Andreas Stensones, dalam pernyataannya pada Jumat (11/2) waktu setempat. Norwegia merupakan negara anggota aliansi NATO yang juga terlibat ketegangan Ukraina.
"Rusia memiliki semua yang mereka butuhkan untuk melakukan segalanya, mulai dari invasi kecil di wilayah timur hingga serangan kecil di sana-sini di Ukraina, atau invasi total, dengan, mungkin, melibatkan pendudukan seluruh atau sebagian Ukraina," ungkap Stensones.
Simak juga 'Warga AS Diminta Segera Pergi dari Ukraina!':
- Jenderal Top AS-Rusia Lakukan Pembicaraan Langka via Telepon, Bahas Apa?
Dua jenderal top Amerika Serikat (AS) dan Rusia saling berbicara via telepon di tengah ketegangan soal Ukraina. Percakapan telepon antara kedua jenderal ini tergolong langka.
Dilansir dari AFP, Sabtu (12/2/2022), Pentagon mengungkap Jenderal Mark Milley yang menjabat Kepala Staf Gabungan AS dan Jenderal Valery Gerasimov yang menjabat Kepala Staf Jenderal Rusia saling berbicara via telepon pada Jumat (11/2) waktu setempat.
Namun, topik pembahasan kedua jenderal militer itu dirahasiakan dari media. Meski demikian, pembicaraan telepon itu dilakukan setelah AS memperingatkan Rusia berpotensi menginvasi Ukraina dalam hitungan hari.
- AS Prediksi Rusia Awali Invasi ke Ukraina dengan Gempuran Udara
Amerika Serikat (AS) memprediksi bahwa invasi Rusia terhadap Ukraina mungkin diawali dengan pengeboman udara yang berpotensi menewaskan warga sipil. Prediksi ini diungkapkan AS setelah sebelumnya memperingatkan bahwa invasi Rusia atas Ukraina bisa terjadi kapan saja.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (12/2/2022), Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, menuturkan kepada wartawan di Washington DC bahwa serangan oleh lebih dari 100.000 tentara Rusia yang kini dikumpulkan di dekat perbatasan Ukraina 'bisa terjadi kapan saja sekarang'.
Ditegaskan Sullivan bahwa skenario serangan dalam waktu dekat menjadi 'kemungkinan yang sangat, sangat jelas'.
- Biden Sita Aset Afghanistan Rp 100 T untuk Kemanusiaan, Taliban Meradang
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mencairkan aset senilai US$ 7 miliar (Rp 100 triliun) milik pemerintahan Afghanistan sebelumnya yang dibekukan sejak Taliban berkuasa kembali. Namun usai dicairkan, separuh aset itu disita untuk bantuan kemanusiaan bagi warga Afghanistan yang disalurkan tanpa melalui Taliban.
Separuhnya lagi disita untuk mendanai pembayaran pemerintah AS dalam gugatan hukum yang diajukan keluarga-keluarga korban serangan 9 September 2001 yang masih berlangsung di pengadilan-pengadilan AS. Demikian seperti dilansir AFP dan Associated Press, Sabtu (12/2/2022).
Biden menandatangani perintah eksekutif untuk memblokir dan menyita aset Afghanistan itu pada Jumat (11/2) waktu setempat.