AS Tuduh Rusia Siapkan Video Propaganda sebagai Dalih Serang Ukraina

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 04 Feb 2022 15:39 WIB
Ilustrasi -- Latihan militer Rusia di tengah ketegangan dengan negara Barat soal Ukraina (dok. Russian Defense Ministry Press Service via AP)
Washington DC -

Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia terkait Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Badan intelijen AS menuduh Rusia berencana merilis video propaganda yang menampilkan serangan rekayasa sebagai dalih untuk menginvasi Ukraina.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (4/2/2022), otoritas AS menuduh Rusia tengah merumuskan sejumlah opsi untuk memberinya alasan bagi invasi ke Ukraina di tengah ketegangan dengan negara-negara Barat. Tuduhan itu dilontarkan oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price dan seorang pejabat pemerintahan Presiden Joe Biden yang enggan disebut namanya.

Salah satu opsi itu adalah memproduksi video rekayasa yang menunjukkan grafis usai ledakan yang menargetkan warga Rusia, dengan menampilkan mayat, orang-orang yang berduka dan perlengkapan yang disebut milik Ukraina atau negara-negara sekutu.

"Video itu akan dirilis untuk menggarisbawahi ancaman terhadap keamanan Rusia dan untuk mendukung operasi militer," sebut pejabat AS itu.

"Video ini, jika dirilis, bisa memberikan (Presiden Vladimir) Putin percikan yang diperlukannya untuk memulai dan membenarkan operasi militer terhadap Ukraina," imbuhnya.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, yang dikutip kantor berita Rusia, TASS News Agency, menyangkal laporan tersebut. "Ini bukan laporan pertama. Hal serupa juga disebutkan sebelumnya. Tapi tidak ada yang dirilis," ucapnya.

Para pejabat AS mengatakan mereka mengungkapkan tuduhan paling spesifik ini demi mencegah Rusia untuk melanjutkan rencananya ini. Menurut para pejabat AS itu, tidak diketahui jelas apakah Rusia sudah memutuskan untuk mengambil langkah semacam itu atau memutuskan untuk menginvasi Ukraina.

"Produksi video propaganda ini menjadi salah satu dari sejumlah opsi yang tengah dikembangkan pemerintah Rusia sebagai dalih palsu untuk memulai dan berpotensi membenarkan agresi militer terhadap Ukraina," sebut Price kepada wartawan setempat.




(nvc/ita)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork