Insiden yang dialami jet tempur siluman F-35C di Laut China Selatan merupakan yang pertama kali terjadi untuk versi F-35C yang digunakan khusus oleh Angkatan Laut Amerika Serikat (AS). Namun, insiden itu merupakan yang kedua sepanjang tahun ini untuk seluruh jenis jet tempur siluman F-35 buatan Lockheed Martin.
Seperti dilansir CNN, Selasa (25/1/2022), jet tempur F-35C merupakan varian jet tempur siluman dengan mesin tunggal yang dirancang untuk operasional dari kapal induk. Jet tempur F-35C diterbangkan oleh Angkatan Laut AS.
Sementara jet tempur F-35A yang diterbangkan oleh Angkatan Udara AS, memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat pada landasan konvensional. Jet tempur F-35B yang diterbangkan Korps Marinir AS, mampu melakukan lepas landas pada landasan pendek (short-take off) dan pendaratan vertikal, serta bisa dioperasikan dari kapal serbu jenis amfibi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai jenis jet tempur siluman F-35 juga diterbangkan oleh sekutu dan mitra AS, seperti Jepang, Korea Selatan (Korsel), Inggris, Australia, Italia, Norwegia, Belanda dan Israel. Sejumlah negara lainnya telah memesan jet tempur canggih ini.
CNN melaporkan bahwa 'insiden pendaratan' di atas kapal induk USS Carl Vinson yang berlayar di Laut China Selatan pada Senin (24/1) waktu setempat, merupakan yang pertama untuk jet tempur varian F-35C yang baru mulai beroperasi sejak tahun 2019, merupakan yang terbaru dari tiga varian F-35 buatan AS.
Sementara untuk seluruh varian jet tempur F-35 buatan AS, ini merupakan insiden kedua yang terjadi sepanjang tahun ini.
Insiden pertama terjadi pada 4 Januari lalu, ketika pilot jet tempur F-35 milik Korea Selatan (Korsel) melakukan pendaratan darurat dengan lambung pesawat atau 'belly landing' di pangkalan udara negara itu setelah roda pendaratnya tidak berfungsi akibat gangguan elektronik.