Seorang anak tewas akibat ledakan bom yang terjadi di dalam sebuah bus umum di wilayah Filipina bagian selatan yang rawan konflik. Enam orang lainnya, termasuk seorang bayi, mengalami luka-luka dalam insiden yang sama.
Seperti dilansir AFP, Selasa (11/1/2022), belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom mematikan itu.
Kepolisian setempat menyatakan ledakan terjadi saat bus tengah melaju di ruas jalan raya dekat Cotabato City, Mindanao, pada Selasa (11/1) waktu setempat. Pulau Mindanao yang terletak di bagian selatan Filipina menjadi markas berbagai kelompok bersenjata, mulai dari pemberontak komunis hingga militan Islamis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bom ada di dalam bus, di bagian belakang... di mana ada banyak orang duduk," tutur juru bicara Kepolisian Kota Aleosan, Sersan Kepala Randy Hampac.
Hampac menyatakan seorang bocah laki-laki berusia 5 tahun tewas akibat ledakan bom yang menghancurkan kaca bus bagian belakang.
Enam orang lainnya, termasuk seorang bayi berusia 5 bulan dan seorang bocah berusia 3 tahun, mengalami luka-luka akibat ledakan itu.
Laporan kepolisian setempat menyebut salah satu korban luka mengaku melihat seorang penumpang pria meninggalkan 'barang bawaannya' di dalam bus ketika dia turun dan barang itu kemudian meledak.
"Ini adalah pertama kalinya hal seperti ini terjadi di kota kami," ujar Hampac. "Ada insiden pengeboman menara seluler beberapa tahun lalu, tapi insiden ledakan di dalam bus ini, ini pertama kalinya," imbuhnya.
Juru bicara militer regional setempat, Letnan Kolonel John Baldomar, menyatakan belum ada kelompok yang mengaku mendalangi 'dugaan serangan' itu.
Serangan militan terhadap bus, gereja Katolik dan pasar telah menjadi ciri konflik sejak lama di wilayah tersebut. Pemerintah Filipina menandatangani pakta perdamaian dengan kelompok pemberontak terbesar, Front Pembebasan Islamis Moro, tahun 2014 lalu yang mengakhiri pemberontakan bersenjata mereka.
Tapi kelompok-kelompok kecil yang menentang pakta perdamaian itu masih bertahan, termasuk militan yang menyatakan sumpah setia pada Islamic State (IS atau ISIS). Para pemberontak komunis juga masih beroperasi di wilayah tersebut.