Wilman Vil menjadi satu-satunya korban selamat dalam serangan geng bersenjata yang menewaskan dua jurnalis di Haiti. Vil kini hidup dalam persembunyian karena khawatir geng kriminal yang membunuh koleganya akan menemukan dirinya.
Seperti dilansir AFP, Senin (10/1/2022), Vil yang berusia 31 tahun ini bekerja untuk media online RL Production. Saat penyerangan terjadi pada Kamis (6/1) lalu, Vil sedang berjalan bersama dua koleganya, Wilguens Loussaint dan Amady John Wesley, sembari mengerjakan sebuah kisah yang akan mereka tulis.
Ketiganya sedang berjalan di dasar sungai yang kering di area perbukitan yang menghadap ke ibu kota Port-au-Prince, ketika sejumlah anggota geng kriminal yang berkuasa di daerah tersebut tiba-tiba melepas tembakan ke arah mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peluru-peluru beterbangan, menghujani kami," tutur Vil kepada AFP dalam wawancara via telepon pada Sabtu (8/1) waktu setempat.
Vil berhasil berlindung di balik pepohonan terdekat, dan setelah memanjat lereng perbukitan yang berbatu, dia diselamatkan oleh para pekerja pertanian yang ramah. Saat itu Vil kehilangan jejak kedua rekannya dan berusaha menghubungi mereka.
Amady yang menjawab panggilan telepon Vil, menuturkan dirinya tertangkap oleh geng kriminal tersebut. Bahkan Vil mendengar Amady memohon kepada anggota geng kriminal itu untuk membebaskan dirinya dan Loussaint.
"Amady terus mengatakan kepada mereka, 'Kami bukan bandit, kami jurnalis. Kami di sini untuk melaporkan'," ujar Vil kepada AFP.
Vil menempatkan telepon genggamnya pada mode speaker sehingga para pekerja pertanian yang menyelamatkannya bisa ikut mendengarkan. Suara yang bisa mereka dengar setelah itu hanyalah suara tembakan.
Menyadari hanya dirinya satu-satunya korban selamat, Vil mendapat bantuan dari warga setempat yang memberikannya pakaian untuk menyamar dan membawanya ke sebuah rumah kecil untuk sembunyi. Para pekerja pertanian setempat kemudian mencarikan transportasi bagi Vil untuk pergi ke daerah yang tidak dikuasai geng kriminal itu.
Meskipun berhasil selamat, Vil mengakui hidupnya yang tenang kini hancur. Dia bersama keluarganya, termasuk putrinya yang berusia 4 tahun, tinggal bersama teman-teman mereka karena khawatir masih diburu geng kriminal dari wilayah lain.
Vil mengetahui bagaimana geng kriminal semacam itu beroperasi, dengan dirinya beberapa kali meliput mereka. "Orang-orang ini sangat berpengaruh," sebutnya.
"Mereka punya banyak senjata, dan orang-orang yang bekerja untuk mereka yang tidak pernah Anda duga," imbuh Vil.
Vil telah melaporkan kematian dua koleganya ke polisi namun tidak banyak berharap jika pembunuhnya akan ditangkap dan diadili. Dia bahkan mempertanyakan kemampuan polisi mengusir geng kriminal dari wilayah yang mereka kuasa, dengan menekankan geng kriminal 'memiliki senjata lebih bagus dari polisi'.
Dia juga menyalahkan sejumlah orang berpengaruh -- yang tidak dia sebut namanya -- karena membawa Haiti ke dalam kekacauan. Kini, dengan nada pasrah, Vil berharap untuk bisa membawa keluarga pindah ke luar negeri. "Negara ini benar-benar tamat karena kejahatan itu," tandasnya.