Aliansi militer yang dipimpin Rusia mengirimkan pasukan ke Kazakhstan untuk membantu memadamkan kerusuhan di negeri itu. Ini dilakukan seiring situasi di Kazakhstan memanas, dengan puluhan orang tewas ketika mencoba menyerbu gedung-gedung pemerintah.
Kazakhstan yang kaya energi, tengah menghadapi krisis terbesarnya dalam beberapa dasawarsa setelah protes berhari-hari atas kenaikan harga bahan bakar meningkat menjadi kerusuhan yang meluas.
Di bawah tekanan yang meningkat, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengimbau kepada Organisasi Perjanjian Keamanan Bersama (CSTO) yang didominasi Rusia, yang mencakup lima negara bekas Uni Soviet lainnya, untuk memerangi apa yang disebutnya "kelompok teroris" yang telah "menerima pelatihan ekstensif di luar negeri".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (6/1/2022), dalam beberapa jam kemudian, aliansi pimpinan Rusia itu mengatakan pasukan pertama telah dikirim, termasuk pasukan terjun payung Rusia dan unit militer dari anggota CSTO lainnya.
"Pasukan penjaga perdamaian ... dikirim ke Republik Kazakhstan untuk waktu yang terbatas guna menstabilkan dan menormalkan situasi," kata CSTO dalam sebuah pernyataan, tanpa menyebutkan jumlah tentara yang dikirimkan.
Ketua CSTO saat ini, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, sebelumnya mengumumkan aliansi akan menyetujui permintaan tersebut, dengan mengatakan Kazakhstan menghadapi "campur tangan dari luar".
Dalam kekerasan terburuk yang dilaporkan sejauh ini, polisi mengatakan puluhan orang tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan di gedung-gedung pemerintah di kota terbesar di negara itu, Almaty.
Simak Video: Kazakhstan Mencekam, WNI Diminta Tak Keluar Rumah
"Tadi malam, pasukan ekstremis mencoba menyerang gedung-gedung pemerintah, departemen kepolisian kota Almaty, serta komisariat polisi setempat. Puluhan penyerang dibunuh," kata juru bicara polisi Saltanat Azirbek seperti dikutip oleh kantor berita Interfax-Kazakhstan, TASS dan Ria Novosti.
Presiden Tokayev mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis (5/1) pagi waktu setempat bahwa "para teroris" sedang merebut gedung-gedung, infrastruktur dan senjata ringan, dan memerangi pasukan keamanan.
Video di media sosial pada hari Kamis menunjukkan toko-toko dijarah dan gedung-gedung dibakar di Almaty. Suara tembakan senjata otomatis terdengar di jalan-jalan dan penduduk berteriak ketakutan.
Para pejabat mengatakan lebih dari 1.000 orang telah terluka sejauh ini dalam kerusuhan itu, dengan hampir 400 orang dirawat di rumah sakit dan 62 orang dalam perawatan intensif.
Protes menyebar ke seluruh negara berpenduduk 19 juta jiwa tersebut minggu ini, dalam kemarahan atas kenaikan harga LPG, yang banyak digunakan untuk bahan bakar mobil di barat negara itu.
Ribuan orang turun ke jalan di Almaty dan di provinsi Mangystau, untuk memprotes kenaikan harga yang dianggap tidak adil mengingat cadangan energi besar yang dimiliki negara eksportir minyak dan gas tersebut.