Tanda Tanya Sosok Misterius dari Korsel Terobos Korea Utara

Tanda Tanya Sosok Misterius dari Korsel Terobos Korea Utara

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 02 Jan 2022 20:13 WIB
Visitors stand on a viewing deck at the Imjingak peace park near the Demilitarized zone (DMZ) dividing the two Koreas in Paju on January 1, 2022. (Photo by Jung Yeon-je / AFP)
Tanda Tanya Sosok Misterius dari Korsel Terobos Korea Utara (Foto: AFP/JUNG YEON-JE)
Jakarta -

Seorang warga Korea Selatan yang tak diketahui identitasnya menerobos masuk ke Korea Utara melalui perbatasan. Kejadian ini jarang terjadi di perbatasan zona Demiliterisasi (DMZ) kedua negara.

"Orang itu terdeteksi oleh peralatan pengawasan di Zona Demiliterisasi - yang membagi semenanjung Korea - pada pukul 21:20 waktu setempat pada hari Sabtu," kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan pada Minggu (2/1), seperti dilansir kantor berita AFP.

"Kami telah mengkonfirmasi bahwa orang tersebut melintasi perbatasan Garis Demarkasi Militer sekitar pukul 22.40 dan membelot ke Utara," kata JCS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak perang Korea, lebih dari 30.000 orang Korut mengungsi ke Korsel lantaran penindasan dan kemiskinan yang terjadi. Namun sebaliknya, sangat jarang orang Korsel memasuki wilayah Korut.

Aparat Lakukan Pencarian

ADVERTISEMENT

Usai sosok misterius dari Korsel terdeteksi, militer Korsel langsung melakukan pencarian. Namun hasilnya nihil.

Hingga saat ini orang tersebut belum teridentifikasi. JCS mengatakan tidak dapat memastikan apakah orang itu masih hidup.

Pihaknya telah memberitahukan peristiwa itu ke Korea Utara melalui hotline militer untuk meminta perlindungan. Namun belum ada tanggapan.

"Tidak ada aktivitas tak biasa yang terdeteksi pada militer Korea Utara," katanya.

Pembelotan Korut ke Korsel Lebih Sering Terjadi

Teridentifikasinya sosok misterius yang menerobos Korut jadi sorotan lantaran jarang terjadi. Selama ini lebih banyak warga Korut membelot ke Korsel untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

Pada umumnya, orang Korut melarikan diri dengan melintasi perbatasan China untuk menuju Korsel. Namun sejak Januari tahun lalu, perbatasan negara ditutup demi mencegah penyebaran Corona dari China.

Di bawah rezim Kim Jong-un, Korut memberlakukan berbagai aturan ketat dan mengekang. Kelaparan yang terjadi hingga menimbulkan kematian juga jadi dorongan pembelotan.

Belakangan lockdown Covid-19 yang diberlakukan Korut memicu kesulitan ekonomi dan kekurangan pangan. Otoritas Korut menerbitkan kupon makan sebagai pengganti uang tunai hingga mengimbau warganya untuk makan angsa hitam sebagai alternatif makanan.

Badan intelijen Korea Selatan (Korsel), negara tetangga Korut, menuturkan dalam rapat tertutup di parlemen pada Kamis (28/10) waktu setempat, bahwa pemimpin Korut, Kim Jong-Un, mengeluarkan perintah yang menyerukan agar setiap butir beras diamankan dan upaya habis-habisan dilakukan untuk pertanian.

Menurut laporan sejumlah media yang mengutip sumber-sumber di Korut, bank sentral di Pyongyang bahkan telah mencetak kupon uang bernilai sekitar US$ 1 akibat kekurangan uang kertas untuk mata uangnya.

Rimjin-gang, situs berbasis di Jepang yang dikelola para pembelot Korut, melaporkan bahwa kupon-kupon itu diedarkan sejak Agustus lalu, sebagian karena kertas dan tinta untuk uang kertas resmi Korut tidak lagi datang dari China.

Menurut NK News yang berbasis di Seoul, kekurangan uang kertas juga mungkin diperburuk oleh penindakan tegas pemerintah Korut terhadap penggunaan mata uang asing, khususnya dolar Amerika Serikat (AS) dan Renminbi China yang digunakan secara luas sebelumnya.

Reuters tidak bisa memverifikasi secara independen soal penggunaan kupon di Korut tersebut.

Sementara itu, pengaruh budaya asing dilihat sebagai ancaman di mana siapapun yang mengikuti media dari Korsel, Amerika Serikat atau Jepang akan dihukum mati. Hal ini jadi salah satu sebab pembelot dari Korut nekat angkat kaki dari negaranya.

Pada awal 2021 lalu, seorang pembelot Korut bahkan nekat berenang melewati perbatasan ke Korsel dengan mengenakan pakaian selam dan sirip tiruan. Dia berenang selama 6 jam dan sampai di utara kota Goseong.

Pembelot Korut itu ditangkap saat tertidur akibat kelelahan. Pria itu mengaku sebagai warga sipil Korut dan menyatakan keinginan untuk membelot.

Selama beberapa dekade, tercatat sudah lebih dari 30.000 warga Korea Utara telah melarikan diri ke Korea Selatan. Jumlah pembelot anjlok usai Korea Utara memberlakukan penutupan perbatasan yang ketat untuk melindungi diri dari virus Corona yang pertama kali muncul di negara tetangga dan sekutu utamanya, China.

Halaman 2 dari 3
(izt/dhn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads