Pandemi Corona Masih Bayangi Dunia Lewati Pergantian Tahun 2022

Pandemi Corona Masih Bayangi Dunia Lewati Pergantian Tahun 2022

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 31 Des 2021 19:12 WIB
Sejumlah negara bagian di Australia mengumumkan penutupan kota (lockdown), Senin (28/6). Hal itu untuk mengantisipasi virus Corona Delta yang lebih cepat menular dari varian biasanya. Berikut pemandangan sunyi di kota benua kanguru itu.
Ilustrasi -- Situasi pandemi Corona di Australia (dok. Getty Images/Lisa Maree Williams)
Jakarta -

Dunia bersiap menyambut Tahun Baru 2022 dengan masih dibayangi pandemi virus Corona (COVID-19). Setahun terakhir, pandemi Corona masih dipenuhi gejolak dengan lonjakan kasus tercatat di berbagai negara dan pembatasan diterapkan kembali usai sempat dicabut.

Pandemi Corona -- yang akan memasuki tahun ketiga -- sekali lagi masih mendominasi kehidupan sebagian besar umat manusia di Bumi ini. Demikian seperti dilansir AFP, Jumat (31/12/2021).

Lebih dari 5,4 juta orang meninggal dunia sejak virus Corona pertama dilaporkan di kota Wuhan, China, pada Desember 2019. Tak terhitung lagi jumlah orang yang jatuh sakit, dilanda wabah, menghadapi lockdown, pembatasan dan harus menjalani berkali-kali tes Corona.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harapan muncul saat vaksin Corona mulai diluncurkan ke sekitar 60 persen populasi dunia. Meski demikian, masih banyak negara miskin yang terbatas aksesnya terhadap vaksin dengan negara kaya sibuk menimbun pasokan untuk warganya sendiri.

Ketika tahun 2021 akan berakhir, kemunculan Corona varian Omicron memicu lonjakan kasus di beberapa negara. Bahkan data penghitungan AFP menyebutkan lonjakan kasus Corona secara global melampaui 1 juta kasus dalam sehari untuk pertama kalinya pada Kamis (30/12).

ADVERTISEMENT

Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis dan bahkan Australia -- yang total kasus Coronanya tergolong rendah dibandingkan negara maju lainnya -- melaporkan rekor-rekor terbaru untuk lonjakan kasus tertinggi.

Corona Hambat Perayaan Tahun Baru di Berbagai Negara

Sebagian dari negara Pasifik, Kiribati, akan menjadi yang pertama menyambut tahun 2022. Namun, mulai dari Seoul hingga San Francisco, perayaan malam Tahun Baru sekali lagi dibatalkan atau dibatasi.

Di Rio de Janerio, Brasil, perayaan malam pergantian tahun yang biasanya mempertemukan 3 juta orang di area Pantai Copacabana, masih akan digelar. Tapi sama seperti di Times Square, New York, perayaan di Brasil akan sedikit dikurangi meskipun kerumunan orang masih diprediksi akan muncul.

"Orang-orang hanya memiliki satu keinginan, untuk pergi keluar rumah, untuk merayakan kehidupan setelah pandemi yang memaksa semua orang untuk mengunci diri," tutur seorang pelayan di pantai Copacabana, Francisco Rodrigues.

Otoritas di Seoul, Korea Selatan (Korsel), menunjukkan kehati-hatian yang sama, dengan melarang warga menghadiri langsung acara pembunyian lonceng pada tengah malam yang akan disiarkan langsung.

Di India, kekhawatiran akan terulangnya lonjakan tajam kasus Corona pada April dan Mei lalu membuat sejumlah kota dan negara bagian menerapkan pembatasan untuk acara publik. Otoritas New Delhi menerapkan jam malam mulai pukul 22.00 waktu setempat.

Sedangkan Kepolisian Mumbai melarang warga mengunjungi tempat-tempat umum, seperti pantai dan area pejalan kaki tepi pantai, pada malam hari. Pembatasan itu diberlakukan selama dua pekan.

Sementara itu, otoritas kota Sydney di Australia memperbolehkan warga menghadiri perayaan Malam Tahun yang akan diwarnai pertunjukan kembang api. Otoritas setempat bahkan mendorong warga untuk pergi keluar rumah dan menikmati malam pergantian tahun.

Diperkirakan puluhan ribu orang akan memenuhi tempat-tempat di tepi pelabuhan Sydney pada malam Tahun Baru nanti. Situasi ini berbeda dengan tahun lalu ketika pesta kembang api di Sydney digelar tanpa kehadiran penonton secara langsung.

Di Afrika Selatan, negara pertama yang mendeteksi varian Omicron pada November lalu, otoritas setempat mencabut jam malam untuk mengizinkan perayaan Malam Tahun Baru digelar. Pencabutan dilakukan setelah otoritas setempat mengumumkan gelombang Omicron telah mereda tanpa adanya peningkatan kematian yang signifikan.

Para pakar mengharapkan tren itu akan menyebar ke negara-negara lainnya, dan agar tahun 2022 bisa diingat sebagai fase pandemi baru yang tidak terlalu mematikan.

Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan soal masa-masa sulit di masa mendatang.

"Saya sangat khawatir bahwa Omicron, yang mudah menular, menyebar pada saat yang sama dengan Delta, memicu tsunami kasus-kasus," ucap Direktur Jenderal (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, beberapa hari lalu.

"Ini sedang dan akan terus memberikan tekanan besar pada para tenaga kesehatan yang kelelahan, dan sistem kesehatan berada di ambang kehancuran," ujarnya memperingatkan dunia.

(nvc/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads