Afrika Selatan (Afsel) mengklaim gelombang penyebaran virus Corona (COVID-19) varian Omicron telah melandai. Otoritas Afsel mengklaim negaranya telah melewati puncak gelombang varian Omicron tanpa peningkatan angka kematian yang signifikan.
Seperti dilansir AFP, Jumat (31/12/2021), varian Omicron yang sangat menular dan banyak bermutasi, telah memicu lonjakan kasus Corona di berbagai negara menjelang akhir tahun. Namun semakin banyak bukti, termasuk di Afsel, yang memunculkan harapan bahwa varian Omicron tidak separah varian-varian lainnya.
Dalam pernyataan terbaru, otoritas Afsel menyatakan angka penularan telah menurun dan memutuskan untuk mencabut sejumlah pembatasan di wilayahnya. Salah satu yang dicabut ialah penerapan jam malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua indikator menunjukkan negara ini mungkin telah melewati puncak gelombang keempat," demikian pernyataan kantor kepresidenan Afsel saat mengumumkan berakhirnya jam malam di negara.
Menurut kantor kepresidenan Afsel dalam pernyataannya, angka penularan tercatat menurun nyaris 30 persen pekan lalu jika dibandingkan tujuh hari sebelumnya. Sementara angka rawat inap juga mengalami penurunan di sebanyak delapan provinsi, dari total sembilan provinsi di Afsel.
Kantor kepresidenan Afsel menyebut selama lonjakan kasus terjadi, hanya tercatat sedikit peningkatan dalam angka kematian akibat Corona.
"Sementara varian Omicron sangat menular, tercatat angka rawat inap lebih rendah dibandingkan gelombang sebelumnya," sebut kantor kepresidenan Afsel dalam pernyataannya.
"Ini berarti bahwa negara ini telah memiliki kapasitas cadangan untuk penerimaan pasien, bahkan untuk layanan kesehatan rutin," imbuh pernyataan tersebut.
Simak juga 'Presiden Afsel Positif Covid-19 saat Negaranya Digerogoti Varian Omicron':
Varian Omicron pertama teridentifikasi di Afsel dan Botswana pada akhir November lalu. Varian baru itu dengan cepat menjadi dominan di Afsel, yang memicu ledakan penularan Corona dengan puncaknya 26.000 kasus tercatat dalam sehari pada pertengahan Desember.
Sejauh ini, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian Omicron telah terdeteksi di lebih dari 100 negara dan turut mempengaruhi orang-orang sudah divaksinasi maupun yang pernah terinfeksi Corona sebelumnya.
Afsel tercatat sebagai negara yang terdampak Corona paling parah di benua Afrika. Lebih dari 3,4 juta kasus Corona terkonfirmasi di Afsel, dengan 91 ribu kematian. Dalam 24 jam terakhir, negara ini melaporkan kurang dari 13.000 kasus Corona di wilayahnya.
Pembatasan Corona Dicabut Jelang Malam Tahun Baru
Sementara negara-negara lainnya yang dihantam varian Omicron menerapkan kembali pembatasan, Afsel justru mengumumkan pencabutan sejumlah pembatasan menjelang perayaan Malam Tahun Baru.
Salah satunya jam malam yang sebelumnya diberlakukan mulai tengah malam hingga pukul 04.00 waktu setempat. "Jam malam akan dicabut. Oleh karena itu, tidak akan ada lagi pembatasan untuk jam pergerakan orang-orang," demikian pernyataan kantor kepresidenan Afsel.
Penjualan minuman beralkohol juga akan diizinkan setelah pukul 23.00 waktu setempat, untuk tempat-tempat yang memiliki izin.
Pemakaian masker masih diwajibkan di tempat-tempat umum, dengan acara perkumpulan publik dibatasi menjadi 1.000 orang untuk indoor dan 2.000 orang untuk outdoor. Pemerintah Afsel juga terus menekankan perlunya kehati-hatian dan vaksinasi Corona.
"Risiko peningkatan infeksi tetap tinggi mengingat sangat menularnya varian Omicron," demikian peringatan dari kantor kepresidenan Afsel.