"Produksi rudal balistik domestik oleh Arab Saudi menunjukkan bahwa setiap upaya diplomatik untuk mengendalikan proliferasi rudal akan membutuhkan keterlibatan aktor-aktor regional lainnya, seperti Arab Saudi dan Israel, yang memproduksi rudal balistik mereka sendiri," imbuhnya.
Apapun respons AS juga bisa diperumit oleh pertimbangan diplomatik dengan China, mengingat pemerintahan Biden tengah berupaya melibatkan China dalam sejumlah isu kebijakan yang menjadi prioritas tinggi, termasuk iklim, perdagangan dan pandemi virus Corona (COVID-19).
"Ini semuanya masalah kalibrasi," sebut seorang pejabat senior pemerintahan AS, yang enggan disebut namanya, kepada CNN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewan Keamanan Nasional dan Badan Intelijen Pusat AS (CIA) menolak untuk berkomentar.
Sementara saat ditanya soal apakah ada transfer teknologi rudal antara China dan Saudi, juru bicara Kementerian Luar Negeri China menuturkan kepada CNN bahwa kedua negara merupakan 'mitra strategis yang komprehensif' dan 'mempertahankan kerja sama yang bersahabat dalam semua bidang, termasuk bidang perdagangan militer'.
"Kerja sama semacam itu tidak melanggar hukum internasional dan tidak melibatkan proliferasi senjata pemusnah massal," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri China.
Pemerintah Saudi maupun Kedutaan Besar Saudi di Washington DC belum memberikan tanggapan atas laporan CNN tersebut.
(nvc/idh)